Jerman Siapkan 800 Ribu Tentara Hadapi Skenario Serangan Rusia

Jakarta, IDN Times - Jerman bersiap menggelar latihan militer berskala besar yang melibatkan pasukan NATO dengan skenario menghadapi serangan Rusia. Latihan bertajuk Red Storm Bravo ini akan berlangsung selama tiga hari mulai 25 September 2025 di Hamburg.
Hamburg dipilih karena perannya yang strategis sebagai titik utama pergerakan pasukan menuju negara-negara Baltik dan Polandia. Latihan ini disebut akan melibatkan hingga 800 ribu tentara dan mencakup berbagai simulasi darurat, seperti evakuasi korban luka, operasi helikopter, serta mobilisasi militer di dalam kota.
“Rencananya mencakup pergerakan pasukan di dalam kota, pemberian bantuan medis darurat, evakuasi korban luka, operasi helikopter di atas Hamburg, dan bahkan aksi simulasi yang harus direspons oleh para tentara,” tulis Serbian Times.
1. Hamburg jadi pusat strategis NATO

Hamburg dipilih sebagai lokasi utama karena pelabuhannya dianggap krusial dalam pengiriman logistik militer dan pergerakan cepat pasukan ke Eropa Timur.
Latihan ini bertujuan menguji kesiapan operasional NATO memindahkan kekuatan militernya ke negara-negara Baltik dan Polandia jika terjadi konflik.
Menurut laporan Sputnik, latihan ini juga akan menyempurnakan prosedur taktis dalam kondisi perang darurat. Selama tiga hari pelaksanaan, seluruh infrastruktur transportasi Hamburg akan diintegrasikan ke dalam skenario, menjadikan kota tersebut sebagai pusat simulasi logistik dan taktis aliansi.
2. Peringatan dari Menteri Pertahanan Jerman

Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menyatakan bahwa negaranya harus siap menghadapi kemungkinan perang dengan Rusia pada 2029. Ia menekankan pentingnya kesiapan nasional dan peningkatan kemampuan militer sebagai bentuk respons terhadap eskalasi ketegangan global.
Latihan Red Storm Bravo menjadi bagian dari upaya memperkuat pertahanan nasional sekaligus komitmen terhadap kerja sama dalam NATO.
Jerman dan sekutunya ingin memastikan kesiapan penuh dalam menghadapi ancaman apa pun yang muncul di kawasan Eropa.
3. Rusia sebut ada ancaman yang direkayasa

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan Moskow tidak berniat untuk menyerang negara-negara anggota NATO.
“Orang pintar sepenuhnya memahami bahwa ini adalah kebohongan,” kata Putin dalam wawancaranya dengan jurnalis Amerika Serikat Tucker Carlson pada Selasa (8/4/2025).
Menurut Putin, para politisi Barat secara rutin menakut-nakuti rakyatnya dengan ancaman Rusia yang direkayasa untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik. Ia menyatakan bahwa tidak ada manfaat bagi Moskow untuk memulai konflik dengan NATO.
Sementara itu, Kremlin menambahkan bahwa Rusia tidak mengancam siapa pun, namun tidak akan mengabaikan tindakan yang dianggap membahayakan kepentingannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia mencatat peningkatan signifikan aktivitas NATO di dekat perbatasan barat. Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan NATO, tetapi hanya jika dilakukan secara setara dan tanpa agenda militerisasi Eropa.