Jumlah Korban Tewas di Gaza Capai 35 Ribu Orang

- Jumlah korban tewas di Gaza mencapai 35.034 orang, dengan 78.755 lainnya terluka.
- Gedung Putih menyatakan Presiden Joe Biden yakin Israel tidak akan mencapai tujuannya melalui serangan besar-besaran di Rafah.
- Putaran negosiasi terkini di Kairo mengenai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera berakhir tanpa penyelesaian jelas.
Jakarta, IDN Times - Jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel terus bertambah. Per Minggu (12/5/2024), jumlah korban tewas mencapai 35.034 orang.
“Lalu, 78.755 orang juga terluka. Angka ini termasuk korban dalam 24 jam terakhir, yaitu 63 orang tewas dan 114 terluka karena ulah Israel,” sebut pernyataan Kementerian Kesehatan Gaza, dikutip dari Middle East Eye, Senin (13/5/2024).
“Banyak yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka,” lanjut pernyataan itu.
1. AS minta Israel tidak serang Rafah
Gedung Putih mengatakan, Presiden Joe Biden yakin Israel tidak akan mencapai tujuannya untuk mengalahkan kelompok Hamas melalui serangan besar-besaran di Kota Rafah, Gaza selatan.
“Menghancurkan Rafah, dalam pandangannya, tidak akan mencapai tujuan tersebut,” kata Juru Bicara Pemerintah Amerika Serikat (AS), John Kirby pada Kamis (10/5/2024).
Ia mengatakan, Hamas telah mendapat tekanan signifikan dari Israel dan terdapat cara yang lebih baik untuk memburu sisa-sisa kepemimpinan kelompok tersebut dibandingkan melakukan operasi militer yang berisiko tinggi terhadap warga sipil.
2. AS-Israel diskusi soal alternatif operasi darat Rafah
Seorang pejabat senior Israel pada Kamis mengatakan, putaran negosiasi terkini di Kairo, Mesir, mengenai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera telah berakhir tanpa penyelesaian jelas. Oleh sebab itu, Israel akan melanjutkan operasi militernya di Rafah sesuai rencana.
“Kami masih percaya bahwa masih ada jalan ke depan, namun hal ini memerlukan kepemimpinan dari kedua belah pihak dan dibutuhkan sedikit keberanian moral dari kedua belah pihak untuk akhirnya bisa mencapai kesepakatan dan menandatangani kesepakatan ini," ucap Kirby.
Ia mengatakan, diskusi AS-Israel masih berlangsung mengenai alternatif operasi darat besar-besaran di Rafah.
3. Israel tak peduli ancaman AS yang tak mau kirim senjata lagi

Biden telah mendesak Israel untuk tidak melanjutkan operasi militernya di Rafah karena khawatir akan memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza. Pada Rabu (8/5/2024), dia menegaskan, AS akan menghentikan pengiriman senjata apabila Israel tetap mengirimkan pasukannya ke Rafah.
Namun, ancaman Biden tersebut tidak membuat gentar Israel.
“Jika kami harus berdiri sendiri, maka kami akan berdiri sendiri. Jika perlu, kami akan bertarung dengan kuku kami. Tapi kami punya lebih dari sekedar kuku," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.