Kalah Pemilu, PM Prancis Gabrial Attal Bakal Mundur

- Perdana Menteri Prancis, Gabrial Attal, mengundurkan diri setelah koalisi pengusungnya kalah di Pemilu Parlemen Prancis.
- Partai Front Populer Baru berhaluan kiri memenangkan pemilu dengan 182 kursi, sementara partai Macron hanya meraih 163 kursi.
- Tidak ada partai yang berhasil meraih mayoritas absolut, sehingga parlemen kemungkinan akan terpecah menjadi tiga blok.
Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Prancis Gabrial Attal mengumumkan akan mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Emmanuel Macron. Sikap itu diambil setelah koalisi pengusung Attal, Ensemble, gagal menang di Pemilu Parlemen Prancis.
“Malam ini formasi politik yang saya wakili dalam kampanye ini tidak meraup suara mayoritas. Saya akan mengajukan pengunduran diri kepada presiden besok pagi,” kata Attal, dikutip dari France24, Senin (8/7/2024).
1. Koalisi berhaluan kiri menang parlemen
Partai Front Populer Baru (New Popular Front) berhaluan kiri memenangkan pemilu parlemen Prancis dengan meraup 182 kursi, meski tidak meraup suara mayoritas.
Partai berhaluan tengah pimpinan Presiden Prancis Emmanuel Macron meraup 163 kursi, sementara posisi ketiga ditempati oleh Partai Nasional berhaluan kanan dengan 143 kursi.
Hasil ini menunjukkan tidak ada partai yang berhasil memenangkan 289 kursi. Perolehan tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas absolut. Hal ini membuat politik Prancis dalam ketidakpastian dalam beberapa hari ke depan.
Dengan tidak adanya partai yang mampu meraih suara mayoritas, parlemen Prancis kemungkinan besar akan terpecah menjadi tiga blok.
2. Seperti apa partai NFP?
Koalisi sayap kiri ini terdiri dari beberapa partai yakni France Unbowed, Partai Sosialis, Ecologist Party, Partai Komunis Prancis, Place Publique, dan sejumlah partai kecil lainnya. Menariknya, koalisi ini terbentuk beberapa hari setelah Macron menyerukan pemilu parlemen digelar lebih cepat pada Juni.
Sampai saat ini, belum ditentukan siapa yang akan menjadi perdana menteri Prancis setelah hasil pemilu resmi diumumkan. Pasalnya, tak ada yang memimpin koalisi dadakan ini sejak awal.
Namun yang paling memungkinkan adalah pemimpin dari Partai France Unbowed, Jean-Luc Melenchon, meski koalisi Macron sudah menolak bekerja sama dengan Unbowed karena berhaluan ekstrem.
3. Koalisi Prancis yang bakal mengakui Negara Palestina secepatnya
Kebijakan NFP sejak awal telah mengarah kepada perubahan ekonomi yang ekspansif. Mereka juga berjanji menaikkan upah minimum bulanan dan membatalkan kebijakan reformasi pensiun yang ditetapkan Macron.
Di isu global, NFP berjanji untuk segera mengakui Negara Palestina dan mendorong Israel dan Hamas untuk melakukan gencatan senjata segera di Gaza.