Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Pandemik COVID-19 Berakhir? Ini Jawaban Direktur CDC

Ilustrasi tenaga kesehatan. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Ilustrasi tenaga kesehatan. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 telah mewabah di berbagai penjuru dunia sejak Desember 2019. Hal ini pun memunculkan pertanyaan tentang kapan wabah ini berakhir dan manusia bisa kembali ke kehidupan normal lagi.

Menjawab pertanyaan ini, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) Dr. Rochelle Walensky mengatakan ia tidak dapat memprediksi kapan pastinya pandemik akan berakhir. Ia hanya tahu bahwa akhir dari pandemik sangat tergantung pada perilaku manusia.

“Kita memiliki banyak ilmu saat ini, kita memiliki vaksin,” kata Walensky kepada wartawan dalam sesi yang diselenggarakan oleh Health Coverage Fellowship, sebuah program jurnalisme kesehatan, Kamis (7/10/2021).

“Yang tidak bisa kita prediksi adalah perilaku manusia. Dan perilaku manusia dalam pandemi ini tidak membantu kita dengan baik,” lanjutnya.

1. Kasus baru mulai menurun di AS

Seorang anggota staf kebersihan Gedung Putih menyemprot ruang arahan pada malam Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali dari Walter Reed Medical Center setelah terkena penyakit virus korona (COVID-19), di Washington, Amerika Serikat, Senin (5/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Erin Scott)
Seorang anggota staf kebersihan Gedung Putih menyemprot ruang arahan pada malam Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali dari Walter Reed Medical Center setelah terkena penyakit virus korona (COVID-19), di Washington, Amerika Serikat, Senin (5/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Erin Scott)

Saat ini kasus COVID-19 di AS mulai menurun setelah gelombang infeksi delta menyerang dan membuat AS mencatatkan rekor kasus harian sebanyak lebih dari 172 ribu sehari pada pertengahan September. Bahkan kini beberapa ahli medis memperkirakan dunia sedang berada dalam gelombang besar terakhir virus.

Meski demikian, tidak ada yang tahu pasti kapan wabah asal China itu berakhir.

Menurut Worldometers, per Sabtu (9/10/2021) sudah ada sebanyak 238.079.452 kasus COVID-19 secara global, dengan 4.859.207 meninggal dunia dan 215.227.325 yang sembuh.

2. Peringatan CDC

wikimedia.com
wikimedia.com

Dalam hal vaksinasi, sejauh ini baru sekitar 55 persen dari populasi AS yang divaksinasi penuh dan hanya beberapa perlindungan tambahan diberikan di antara orang-orang yang baru saja terinfeksi.

Walensky pun memperingatkan bahwa dengan angka itu, tidak ada cukup kekebalan untuk melawan varian delta yang lebih menular.

“Dengan varian delta, R-naught adalah 8 atau 9,” kata Walensky. “Artinya kita butuh banyak perlindungan di masyarakat agar tidak terkena penyakit.”

R-naught atau angka reproduksi dasar merupakan jumlah rata-rata orang yang akan menularkan virus kepada orang yang terinfeksi.

3. Vaksinasi tidak merata jadi masalah

Vaksinasi lansia di Sentra Vaksinasi BUMN di PRPP Jateng Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).
Vaksinasi lansia di Sentra Vaksinasi BUMN di PRPP Jateng Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Walensky mengatakan bahwa ada masalah lain yang dihadapi dunia saat ini, yaitu tidak meratanya vaksinasi COVID-19 di setiap wilayah. Ia menyebut bahwa beberapa komunitas memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi dan terlindungi dengan sangat baik, tetapi ada yang memiliki sedikit perlindungan.

“Dan virusnya tidak bodoh–itu akan pergi ke sana. Jadi, pertanyaan Anda bergantung pada seberapa baik kita bersatu sebagai umat manusia dan komunitas untuk melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan di komunitas itu untuk melindungi diri kita sendiri,” kata Walensky.

“Namun sejauh ini, kita bertarung satu sama lain dan tidak bertarung dengan musuh bersama, yaitu virus itu sendiri,” lanjut Walensky.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Dwifantya Aquina
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us

Latest in News

See More

Pria di Bekasi Curi Sepeda Motor Mantan Mertuanya

15 Sep 2025, 23:18 WIBNews