Kartel Meksiko Ancam Warga Gunakan WiFi Darurat atau Dibunuh

Jakarta, IDN Times - Kartel di negara bagian Michoacan, Meksiko tengah, mengancam penduduk setempat untuk menyewa layanan WiFi mereka dengan biaya yang sangat tinggi, atau mereka akan dibunuh.
Dijuluki “antena narkotika” oleh media lokal, jaringan kartel tersebut membangun antena internet darurat di berbagai kota dengan bermodalkan peralatan curian.
Dilansir Associated Press, kejaksaan negara bagian Michoacan mengatakan bahwa kelompok tersebut mematok harga antara 400-500 peso (sekitar 365-456 ribu) per bulan pada sekitar lima ribu orang.
"Orang-orang diteror untuk mengontrak layanan internet dengan biaya yang sangat mahal, dengan klaim bahwa mereka akan dibunuh jika tidak melakukannya,” kata jaksa.
1. Pelaku diduga berasal dari kartel Los Viagras
Media lokal mengidentifikasi kelompok kriminal tersebut sebagai kartel Los Viagras, namun jaksa menolak menyebut kartel mana yang terlibat lantaran kasus itu masih dalam penyelidikan. Meski begitu, mereka membenarkan bahwa Los Viagras mendominasi kota-kota yang dipaksa melakukan pembayaran WiFi.
Pihak berwenang menyita peralatan tersebut akhir pekan lalu. Mereka membagikan foto antena darurat serta tumpukan peralatan dan router dengan label perusahaan internet Meksiko Telmex, yang dimiliki oleh pengusaha Meksiko Carlos Slim. Mereka juga menahan satu orang.
Kartel Meksiko telah lama menggunakan menara radio dan internet darurat untuk berkomunikasi dengan organisasi kriminal dan menghindari pihak berwenang. Namun analis Crisis Group di Meksiko mengatakan bahwa penggunaan menara semacam itu untuk memeras masyarakat adalah bagian dari tren yang lebih besar di negara tersebut.
2. Pemerintah dinilai tidak konsisten dalam memberantas praktik antena kartel
Menurut laporan Reuters pada 2020, kelompok kriminal di Meksiko seringkali memasang antena radio mereka sendiri di daerah pedesaan. Mereka juga memasang apa yang disebut antena parasit pada menara seluler yang ada, sehingga menempatkan jaringan komunikasi kriminal mereka di atas jaringan resmi.
Dengan membonceng infrastruktur perusahaan telekomunikasi, kartel dapat menghemat uang dan terhindar dari deteksi, karena menara mereka lebih mudah terlihat dan dirobohkan.
Praktik ini telah diketahui secara luas oleh perusahaan telekomunikasi dan pejabat Meksiko selama bertahun-tahun. Namun, masalah tersebut belum lenyap karena pemerintah dinilai tidak melakukan upaya yang konsisten untuk mengatasi hal itu, sementara perusahaan tidak punya banyak cara untuk menghentikannya.
“Ada perasaan tidak berdaya di Meksiko. Perusahaan-perusahaan merasa mereka tidak dapat menanggapi isu-isu seperti ini karena (mereka) takut akan konsekuensi dari kelompok yang pada dasarnya menikmati impunitas," kata Duncan Wood, direktur Institut Meksiko di Wilson Center di Washington.
3. Ratusan kartel kini memonopoli pasar
Menurut Ernst, sekitar 200 kelompok kriminal bersenjata yang aktif di Meksiko tidak lagi hanya berfokus pada perdagangan narkoba, melainkan juga memonopoli layanan tertentu dan pasar legal lainnya. Dia mengatakan bahwa ketika kartel semakin menguasai sebagian besar wilayah Meksiko, maka mereka secara efektif telah membentuk wilayah kekuasaan.
Ernst juga mengungkapkan bahwa geng-geng di beberapa daerah memungut pajak atas makanan pokok dan produk impor. Pihaknya mencatat bahwa mereka telah menyusup ke bisnis alpukat dan pasar jeruk nipis yang menguntungkan di Michoacan serta industri pertambangan lokal.
“Ini benar-benar menjadi semacam permainan menyeluruh bagi mereka. Dan ini tidak lagi spesifik untuk barang atau pasar tertentu. Ini tentang mempertahankan wilayah melalui kekerasan. Ini bukan hanya tentang narkoba lagi," katanya.