Kelompok Bersenjata Culik Mahasiswa di Nigeria

Abuja, IDN Times - Aksi penculikan kembali terjadi di Nigeria. Kelompok bersenjata atau kadang dituding sebagai bandit, melakukan aksinya di daerah negara bagian Kaduna, sebelah barat laut Nigeria. Insiden tersebut terjadi pada Kamis malam (11/3)
Pejabat setempat mengonfirmasi tentang aksi penculikan tersebut pada hari Jumat pagi (12/3). Melansir dari laman Associated Press, penculikan menyasar mahasiswa Federal College of Forestry Mechanization, di Afaka, daerah Igabi.
1. Jumlah pasti siswa yang diculik belum diketahui tapi sektiar 30 orang
Kelompok bersenjata melakukan penyerangan dan penculikan di Federal College of Forestry Mechanization pada malam hari. Beberapa siswa yang mengalami luka-luka, saat ini sedang menjalani perawatan di fasilitas militer. Namun puluhan lainnya diketahui diculik oleh kelompok bersenjata.
Menurut Samuel Aruwan, anggota komisioner Keamanan Dalam Negeri dan Internasional, dia mengatakan "sekitar 30 mahasiswa, campuran laki-laki dan perempuan, belum dihitung (dengan pasti).” Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa beberapa staf perguruan tinggi juga ikut menjadi korban penculikan.
Melansir dari Associated Press, pelacakan dan pengejaran terhadap kelompok bandit dilakukan oleh pihak militer. Helikopter dan tank turut dikerahkan. Mereka berupaya untuk membebaskan para siswa dan staf sekolah yang diculik.
Dalam beberapa bulan terakhir, siswa-siswi sekolah di Nigeria sering menjadi korban kekerasan dan aksi penculikan. Pihak yang melakukan aksi tersebut adalah para bandit atau para milisi jihadis. Sebagian besar aksi kejahatan dilakukan untuk mencari uang tebusan.
2. Aksi kejahatan dilakukan di dekat fasilitas militer
Penculikan di Nigeria pada hari Kamis terhitung sebagai salah satu aksi penculikan yang berani. Para kelompok bersenjata melakukan asinya dengan menggerebek sebuah perguruan tinggi, melukai beberapa mahasiswa dan menculik puluhan lainnya. Lokasi perguruan tinggi tersebut berdekatan dengan fasilitas latihan militer.
Wartawan BBC Ishaq Khalid yang berada di Nigeria mengatakan bahwa aksi penyerangan dan penculikan yang dilakukan di dekat fasilitas militer seakan ingin memastikan bahwa pihak keamanan tidak memiliki kemampuan untuk menjaga. Selain itu serangan terhadap perguruan tinggi adalah yang pertama kalinya.
Biasanya, para bandit melakukan penyerangan di sekolah yang terpencil dan rata-rata sekolah yang menjadi korban adalah kelompok siswa yang lebih rendah. Tapi kali ini kasusnya berbeda, yakni murih perguruan tinggi.
Para bandit melancarkan aksi penculikan di beberapa wilayah yang lemah sistem keamanannya. Rata-rata penculikan terjadi di Nigeria bagian tengah, utara dan di barat. Di sisi lain, pemerintah daerah Kaduna dan pemerintah federal Nigeria mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan negosiasi dengan para bandit yang baru saja melancarkan aksinya.
3. Amnesty International peringatkan akan terjadi peningkatan aksi kejahatan di Nigeria
Para penduduk di sekitar Federal College of Forestry Mechanization mengira bahwa suara tembakan yang terjadi pada Kamis malam adalah militer yang sedang melakukan latihan. Hal itu karena perguruan tinggi terletak berdekatan dengan fasilitas latihan militer. Mereka tidak menyangka jika suara tembakan berasal dari para bandit.
Melansir dari kantor berita Reuters, anggota militer yang berada di dekat Federal College of Forestry Mechanization juga segera bergerak. Namun ketika anggota militer sampai di lokasi, para bandit sudah kabur. Para anggota militer berhasil menyelamatkan setidaknya sekitar 180 mahasiswa.
Bulan lalu, aksi serupa terjadi dan membuat setidaknya sebanyak 279 siswi di negara bagian Zamfara diculik. Namun mereka semua akhirnya dapat dibebaskan. Pada akhir tahun 2020, sebanyak 344 siswa sekolah di negara bagian Katsina juga menjadi korban penculikan. Milisi Boko Haram mengaku mereka adalah dalang dibalik penculikan pada Desember 2020.
Pihak Amnesty Internasional memperingatkan bahwa aksi kekerasan dan penculikan tahun ini di Negria kemungkinan akan semakin meningkat. Menurut catatan lembaga tersebut, pada tahun 2020, kelompok-kelompok bandit bersenjata telah menewaskan setidaknya sekitar 1.100 orang.
Aksi para bandit itu telah membuat penduduk kesulitan bekerja seperti bertani, bepergian atau menambang. Para petani di yang bekerja di ladang, di hutan atau pekerja tambang yang jauh dari pemukiman penduduk, sering menjadi sasaran aksi penyerangan dan penculikan.