Kepala Sekolah Elite Prancis Mundur Usai Diduga Lakukan KDRT

Jakarta, IDN Times - Direktur Sciences Po, salah satu sekolah ternama di Prancis yang dikenal sebagai tempat melatih kaum elite di negaranya, akan mundur sementara dari jabatannya. Hal itu karena penyelidikan soal kasus kekerasan sedang berlangsung, sesuatu yang dia bantah.
“Sebuah institusi tidak bisa direduksi hanya dari seorang pemimpin saja, namun posisi direktur lebih terekspos dibandingkan yang lain dan dibebankan tugas sebagai teladan,” kata Mathias Vicherat, dalam sebuah memo yang dikirimkan kepada mahasiswa dan staf, dikutip dari Reuters pada Senin (11/12/2023).
1. Kejaksaan sedang lakukan penyelidikan

Vicherat juga mengatakan, dia menolak keras tuduhan kekerasan apa pun yang ditujukan kepadanya. Pekan lalu, Vicherat dan mantan rekannya saling menuduh melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam sidang polisi, menurut laporan media Prancis.
Namun, tidak ada yang mengajukan pengaduan sebelumnya. Kantor Kejaksaan Paris kini sedang menyelidiki tuduhan tersebut. Kantor kejaksaan tidak segera membalas permintaan komentar.
2. Membantah lakukan kekerasan

Kasus Vicherat adalah contoh terbaru dari meningkatnya sensitivitas mengenai kekerasan terkait gender atas kehidupan publik Prancis, dengan banyak tokoh terkenal di bidang politik, bisnis pertunjukan, dan olahraga menghadapi tuduhan.
Tekanan meningkat terhadap kepala sekolah universitas, mantan eksekutif puncak di Danone dan operator kereta api SNCF Perancis, setelah laporan media pekan lalu yang menyebabkan pemogokan dan protes di kampus oleh beberapa mahasiswa.
“Saya tidak pernah dan dalam keadaan apa pun melakukan tindakan seperti itu,” kata Vicherat dalam memo itu.
3. Banyak alumni Sciences Po yang jadi pejabat publik

Vicherat, mantan teman sekelas Presiden Prancis Emmanuel Macron di ENA yang merupakan sekolah elite lainnya, mengambil alih jabatan Direktur Sciences Po pada November 2021 setelah pendahulunya mengundurkan diri di tengah skandal pelecehan seksual, yang terkait dengan salah satu profesor di sekolah tersebut.
Alumni sekolah tersebut termasuk lima presiden Perancis serta sejumlah pejabat pemerintah, intelektual dan pemimpin bisnis, dilansir The Straits Times.