Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Khamenei Salahkan AS atas Konflik Rusia-Ukraina

Ayatollah Ali Khamenei (Twitter/WANA)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Amerika Serikat (AS) yang menciptakan konflik antara Rusia dan Ukraina. Dalam keterangannya, dia menyerukan agar perang segera dihentikan.

"Rezim AS menciptakan krisis, hidup dari krisis dan memakan berbagai krisis di dunia. Ukraina adalah korban lain dari kebijakan ini," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi, mengutip Middle East Monitor, Selasa (1/3/2022).

1. Menilai AS terlalu ikut campur urusan negara lain

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (pixabay.com/Michael Luenen)

Rusia adalah sekutu dekat Iran, yang telah berada di bawah sanksi Barat selama bertahun-tahun. Keduanya telah memperdalam hubungan perdagangan dan menjadi sekutu dalam konflik Suriah.

"Dalam pandangan saya, Ukraina adalah korban dari krisis yang dibuat oleh AS. Ada dua pelajaran yang bisa dipetik di sini. Negara-negara yang bergantung pada dukungan AS dan kekuatan Barat perlu tahu bahwa mereka tidak dapat mempercayai negara-negara seperti itu," lanjut Khamenei.

Dia juga menuduh Washington terlalu ikut campur urusan dalam negeri negara lain, mengatur demonstrasi menentang pemerintah, menciptakan revolusi beludru, dan menciptakan kudeta warna.

2. Menyerukan untuk setop perang

Ilustrasi penyerangan (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir France24, Khamenei mengatakan bahwa Teheran ingin perang segera diakhiri. Dia menyayangkan tindakan di mana banyak warga sipil yang tewas dan kehancuran infrastruktur selama konflik.

"Kami menentang perang dan kehancuran, di mana pun di dunia. kami menentang pembunuhan orang, penghancuran infrastruktur masyarakat," kata Khamenei.

Pemerintah Ukraina mengatakan, lebih dari 350 warga sipil telah tewas sejak invasi dimulai. Moskow juga telah mengumpulkan lebih banyak pasukan untuk kemungkinan serangan ke ibu kota, Kiev.

3. Hubungan AS dan Iran memburuk sejak lama

Ilustrasi bendera Iran (unsplash.com/mostafa meraji)

Hubungan antara AS dan Iran telah terputus sejak April 1980, setahun setelah jatuhnya shah yang pro-Barat. Keduanya saat ini juga masih dalam proses negosiasi untuk kembali ke kesepatan nuklir 2018 di Wina.

Pemimpin Iran, yang memiliki keputusan akhir dalam kebijakan utama negara, kerap menyebut AS sebagai "rezim mafia".

"Mafia politik, mafia ekonomi, mafia penghasil senjata; berbagai jenis mafia yang mengendalikan dan memimpin kebijakan negara dan sebenarnya menguasai negara," kata Khamenei.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us