Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kiprah Dos Santos, Eks Presiden Angola dari Keluarga Penambang Batu

Mantan Presiden Angola, Jose Eduardo dos Santos. (Twitter.com/Samia Suluhu)
Mantan Presiden Angola, Jose Eduardo dos Santos. (Twitter.com/Samia Suluhu)

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Angola, Jose Eduardo Dos Santos, yang memimpin selama 38 tahun dari 1979-2017 meninggal pada usia 76 tahun di sebuah klinik di Barcelona pada Jumat (8/7/2022). Dia meninggal setelah sakit berkepanjangan. 

Kematiannya telah dikonfirmasi pemerintah Angola. Presiden Joao Lourenco mengumumkan lima hari berkabung nasional mulai Sabtu, yang berarti bendera negara akan dikibarkan setengah tiang dan acara-acara publik dibatalkan.

Sebelum kematiannya Dos Santos, sempat terjadi perseteruan antara keluarganya dengan pemerintah tentang bagaimana kesehatannya harus dirawat. Salah satu putrinya, Tchize dos Santos menuduh bahwa orang-orang terdekat ayahnya telah membunuhnya, tidak merawatnya dengan baik, dan bertindak dengan lalai. Tuduhan itu sedang diselidiki oleh otoritas Spanyol.

1. Perjalanan menuju jabatan presiden

Melansir Associated Press, Dos Santos lahir pada 1942 dari keluarga tukang batu di ibu kota Luanda. Dia memulai kehidupan politiknya pada 1961 dengan menjadi anggota Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Angola (MPLA), yang bertempur untuk memperjuangkan kemerdekaan dari Portugal.

MPLA pada 1963 menarik Dos Santos dari medan pertempuran dan mengirimnya belajar ke Uni Soviet untuk menjadi insinyur perminyakan dan spesialis komunikasi militer. Dia kembali ke Angola pada 1970, kemudian dikenal karena keterampilannya menegosiasikan kompromi yang menjaga MPLA tidak terpecah. Kontribusi itu membuatnya diangkat menjadi bagian komite di partai.

Setelah kemerdekaan Angola pada 11 November 1975, Dos Santos dipilih menjadi menteri luar negeri, kemudian menteri perencanaan, dan wakil perdana menteri.

Dos Santos secara mengejutkan pada usia 37 tahun dipilih MPLA sebagai Presiden kedua Angola menggantikan pemimpin pertama, Agostinho Neto, yang meninggal pada 1979. Dia saat itu dipandang sebagai sosok yang dapat menengahi anggota senior partai yang bertengkar.

2. Mengakhiri perang saudara

Melansir Al Jazeera, Dos Santos yang mulai memimpin pada 1979 ini dihadapkan pada konflik saudara antara kelompok gerakan pembebasan nasional, yaitu MPLA, Persatuan Nasional untuk Kemerdekaan Total Angola (UNITA), dan Front Pembebasan Nasional Angola (FNLA). Kepemimpinan MPLA telah ditentang karena menjalankan status satu partai.

Perseteruan mereda pada 1991 setelah tercapai kesepakatan damai antara MPLA yang dipimpin dos Santos dengan UNITA yang dipimpin oleh Jonas Savimbi. Pada tahun berikutnya, diselenggarakan pemilu setelah Dos Santos melepaskan kebijakan Marxisnya akibat keruntuhan Uni Soviet dan mulai mendekat ke Barat.

Namun, konflik bersenjata kembali meletus setelah Savimbi yang kalah dalam pemungutan suara melawan MPLA tidak menerima hasil tersebut. Kesepakatan damai kembali disetujui pada 1994 setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menengahi pertikaian, tapi konflik bersenjata kembali meletus empat tahun kemudian.

Perang saudara berhasil diakhiri oleh kepemimpinan Dos Santos pada 2002 setelah Savimbi tewas dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah pada Februari tahun itu, yang kemudian perjanjian damai disepakati pihak yang berseteru.

3. Kepemimpinan Dos Santos diikuti korupsi yang melibatkan keluarganya

Ilustrasi Koruptor (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi Koruptor (IDN Times/Mardya Shakti)

Berakhirnya konflik membuat Angola semakin mengembangkan ekonominya, mengingat posisinya sebagai produsen minyak terbesar kedua di Afrika dan produsen berlian terbesar ketiga di Afrika. Namun, kekayaan alam itu hanya dinikmati sebagian kecil warga Angola, karena kepemimpinan Dos Santos telah dibarengi korupsi untuk memperkaya keluarganya.

Dos Santos diyakini memiliki properti berharga di di Brasil, Prancis, dan memiliki rekening bank asing. Mantan presiden ini juga membangun rumah mewah di pinggiran kota kumuh Luanda, sementara jutaan orang Angola berjuang melawan kelaparan selama perang saudara.

Putri sulungnya, Isabel Dos Santos pernah dinobatkan oleh Forbes sebagai wanita terkaya di Afrika dengan perkiraan kekayaan mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp52,4 triliun). Kekayaan Isabel dituduh dari hasil korupsi berdasarkan investigasi yang diungkap dalam laporan Luanda Leaks, penyelidikan yang dilakukan oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional.

Isabel didakwa melakukan pencucian uang, pemalsuan, dan kejahatan keuangan lainnya yang berkaitan dengan masa kerjanya di perusahaan minyak Angola, Sonangol, sebuah peran yang ditunjuk oleh ayahnya. Aset Isabel telah disita dan saudara kandungnya juga telah dijatuhi hukuman lima tahun penjara, karena menggelapkan uang publik Angola sebesar 500 juta dolar AS (Rp7,4 triliun).

Pemerintahan Dos Santos juga dikecam karena tindakan kerasnya terhadap mereka yang mengkritiknya atau keluarganya. Mereka yang ditangkap dalam tindakan keras ini termasuk jurnalis, aktivis, dan pembangkang lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us