Korsel Akan Selidiki Kecelakaan Jeju Air dengan Otoritas AS

- Kecelakaan pesawat Boeing 737-800 menewaskan 179 dari 181 penumpang di Bandara Internasional Muan, Korsel
- Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS akan membantu menyelidiki penyebab kecelakaan karena kerusakan pada FDR dan CVR
- Kementerian Perhubungan Korsel berencana untuk menganalisis data penerbangan pesawat Jeju Air yang rusak sebagian serta mempersiapkan penyelidikan dengan Boeing dan FAA AS
Jakarta, IDN Times - Pejabat Kementerian Perhubungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan pihaknya berencana untuk menyelidiki kecelakaan pesawat Jeju Air bersama dengan Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat.
Ini sebagai tanggapan atas insiden fatal tersebut yang terjadi pada 29 Desember di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korsel. Kecelakaan pesawat Boeing 737-800 itu menewaskan 179 dari 181 orang di dalamnya. Boeing adalah produsen pesawat asal AS
Disebutkan, pihaknya akan melakukan investigasi, guna menganalisis perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) yang diambil dari pesawat tersebut, dilansir NHK News pada Senin (30/12/2024).
1. Satu black box dari pesawat Jeju Air yang jatuh rusak sebagian
Dilansir Yonhap, pejabat kementerian perhubungan mengatakan salah satu dari dua black box atau kotak hitam yang ditemukan di pesawat Jeju Air mengalami kerusakan sebagian. Hal ini kemungkinan semakin menunda analisis untuk menentukan penyebab kecelakaan.
Menurut anggota dewan investigasi Korsel, FDR dari pesawat tersebut telah rusak saat dikumpulkan. Sementara, CVR pesawat tetap utuh dalam kecelakaan itu.
"Menentukan penyebab pasti kecelakaan sebesar ini biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan, dan kerusakan pada FDR dalam kasus ini dapat menyebabkan penundaan lebih lanjut," ujarnya.
"Menguraikan kode FDR saja bisa memakan waktu sekitar satu bulan. Jika kedua perangkat dikumpulkan tanpa kerusakan, penguraian kode bisa memakan waktu hanya satu minggu," tambahnya.
2. FDR pesawat Jeju Air akan dikirim ke NTSB AS untuk diuraikan
Sementara itu, pejabat lain dari badan investigasi mengatakan FDR mungkin harus dikirim ke NTSB untuk diuraikan, di mana prosesnya bisa memakan waktu setidaknya enam bulan.
"Jika kami mengalami kesulitan menguraikannya di sini, maka kami mungkin harus mengirimkannya ke NTSB. Mereka memiliki kasus dari seluruh dunia untuk dianalisis, jadi mungkin perlu waktu yang cukup lama," ungkapnya.
FDR memantau ketinggian, kecepatan udara, dan arah. Sementara, CVR merekam transmisi radio dan suara di kokpit, seperti suara pilot dan suara mesin. Keduanya dibuat untuk menahan benturan 3.400 kali gaya gravitasi Bumi dan suhu lebih dari 1.000 derajat celcius. FDR dan CVR dipasang di bagian ekor, guna meminimalkan kerusakan saat terjadi kecelakaan.
Di sisi lain, NTSB menuturkan pihaknya sedang mempersiapkan penyelidikan dengan Boeing dan Badan Penerbagangan Federal (FAA) AS. Boeing mengatakan perusahaan tersebut sedang menghubungi Jeju Air, dan siap mendukung mereka.
3. Kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korsel
Pesawat yang dioperasikan oleh maskapai berbiaya rendah Korsel Jeju Air berangkat dari Bangkok, ibu kota Thailand, menuju Muan. Pesawat itu mendarat darurat menyusul peringatan tabrakan burung dari menara pengawas dan menghantam dinding beton, sebelum terbakar sesaat setelah pukul 9 pagi waktu setempat pada Minggu (29/12/2024).
Media massa mengatakan pesawat mendarat tanpa roda pendaratan yang digunakan, sesaat setelah pilot pesawat menyatakan mayday. Disebutkan, insiden itu adalah kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan.
Sebuah tugu peringatan telah didirikan di sebuah gedung olahraga dekat bandara. Banyak orang memberikan penghormatan kepada para korban di sana. Ini termasuk penjabat presiden dan wakil perdana menteri Choi Sang-mok, ketua Majelis Nasional, dan anggota parlemen lainnya.
Penjabat Presiden Choi mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari hingga 4 Januari 2025.