Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korut Kembali Tutup Kunjungan Wisatawan Asing

Bendera Korea Utara. (Unsplash.com/Micha Brändli)

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) menghentikan kunjungan wisatawan asing, setelah sempat membukanya beberapa minggu untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Negara tersebut mengisolasi diri pada awal pandemik COVID-19 di awal 2020, dan mulai mengurangi pembatasan pada pertengahan 2023.

Adapun kota yang dibuka untuk wisatawan adalah Rason, kota terpencil di timur laut. Pada 20 Februari, wisatawan asing pertama kali mulai berdatangan di kota itu.

Beberapa perusahaan tur kini mengatakan perjalanan ke negara tertutup itu telah dibatalkan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Pyongyang belum memberikan alasan atas penghentian mendadak itu.

"Baru saja menerima berita dari mitra Korea kami bahwa Rason ditutup untuk umum. Kami akan terus memberi tahu anda," kata KTG Tours, yang berkantor pusat di China yang mengkhususkan diri dalam tur Korut, dalam unggahannya di Facebook pada 5 Maret, dikutip dari BBC pada Kamis (6/3/2025).

1. Pembukaan wisata terbaru mempersempit pergerakan wisatawan

Sementara itu, Young Pioneer Tours dan Koryo Tours termasuk di antara agen yang telah mengumumkan penangguhan tersebut. Young Pioneer Tours mengatakan bahwa yang merencanakan tur pada April dan Mei sebaiknya menahan diri untuk tidak memesan tiket pesawat sampai kami memiliki informasi lebih lanjut.

Operator tur mengatakan. saat pembukaan tur wisata baru-baru ini, pergerakan pengunjung lebih dibatasi dibandingkan perjalanan sebelum pandemik. Para wisatawan juga memiliki sedikit kesempatan untuk berjalan-jalan di jalan dan berbicara dengan penduduk setempat. Selain itu, sinyal telepon dan akses internet juga tidak tersedia di Korut.

Seorang pemimpin tur menuturkan, ia menduga Rason dipilih karena areanya relatif terkendali dan mudah dikendalikan.

Awal pekan ini, Koryo Tours mengatakan pihaknya menerima pendaftaran internasional untuk Pyongyang Marathon untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir. Acara itu dijadwalkan pada 6 April, namun saat ini belum jelas apakah pendaftarannya masih dapat diproses.

2. Kota Rason dipilih Korut sebagai zona ekonomi khusus

Bendera Korea Utara. (Unsplash.com/Micha Brändli)

Dilansir The Straits Times, Korut telah menyambut beberapa perdagangan internasional dan delegasi resmi. Pada 2024, mereka mengizinkan wisatawan Rusia memasuki negara itu untuk pertama kalinya sejak pandemik.

Pada 1991, kota Rason ditetapkan oleh Korut menjadi zona ekonomi khusus pertama. Rason memiliki regulasi visa terpisah dan telah menjadi tempat uji coba bagi kebijakan ekonomi baru, serta menjadi pasar legal pertama di negara sosialis tersebut.

Menurut laporan media, Korut kedatangan sekitar 350 ribu turis asing pada 2019, yang 90 persen di antaranya adalah warga China. Beijing adalah sekutu utama dan sumber dukungan ekonomi bagi pemerintah Korut yang terisolasi secara diplomatik dan terkena sanksi PBB. 

Sejumlah warga negara Amerika Serikat juga pernah berkunjung ke sana sebelum Washington melarang perjalanan, menyusul pemenjaraan dan kematian Otto Warmbier pada 2017. Saat itu, ia dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa karena mencuri poster propaganda dari sebuah hotel Korut.

Orang-orang dari Korea Selatan yang secara teknis masih berperang dengan Pyongyang juga dilarang berkunjung tanpa izin resmi.

3. Apakah pariwisata memberi kontribusi untuk ekonomi Korut?

Potret suasana kehidupan di Korea Utara. (unsplash.com/Thomas Evans)

Mimura Mitsuhiro, seorang profesor dari Institut Penelitian Ekonomi dan Sosial untuk Asia Timur Laut di Universitas Prefektur Niigata, mengatakan bahwa pendapatan dari pariwisata tidak memberikan kontribusi banyak terhadap ekonomi Korut. Tetapi, bisa mendukung industri pariwisata dan menyediakan jendela bagi masyarakat internasional.

Seorang peneliti di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional, Yee Ji-sun, menuturkan pembukaan kembali pariwisata Korut menawarkan kesempatan bagi negara itu untuk meraup keuntungan ekonomi dan menghilangkan kesan bahwa Korut sedang mengalami krisis akibat pandemik.

Ada spekulasi bahwa Pyongyang sangat membutuhkan mata uang kuat dalam menghadapi sanksi internasional yang terus menerus, dengan kebangkitan pariwisata yang diperkirakan akan menghasilkan sekitar 175 juta dolar AS (sekitar Rp2,8 triliun) dalam penerimaan turis tahunan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us