Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LSM Tutup Klinik di Haiti Imbas Kekerasan Geng Kriminal

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)
ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)

Jakarta, IDN Times - Kelompok bantuan internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Doctors Without Borders mengumumkan penutupan sementara klinik darurat di Port-au-Prince, Haiti. Penutupan dilakukan menyusul kekerasan di mana seorang pasien dibunuh oleh kelompok bersenjata.

MSF mengatakan serangan itu terjadi pada Selasa (12/12/2023) di dekat Pusat Darurat Turgeau di pusat Port-au-Prince. Saat itu, sekitar 10 pria bersenjata mencegat dua ambulans MSF yang baru meninggalkan klinik tersebut. Mereka mengeluarkan seorang pasien yang sedang kritis dari salah satu ambulans, menganiayanya, dan menembaknya hingga tewas. Para pelaku kemudian melarikan diri dari lokasi kejadian.

1. Klinik darurat di Turgeau akan ditutup tanpa batas waktu

Benoit Vasseur, kepala misi MSF di Haiti, mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerima kekerasan yang dilakukan oleh geng tersebut.

“MSF tetap menjadi salah satu organisasi internasional terakhir yang memberikan layanan kesehatan di ibu kota Haiti dan tidak dapat menerima bahwa ambulansnya diserang dengan kekerasan dan pasien ditembak mati di jalan," tulis Vasseur pada Kamis (14/12/2023). 

MSF mengatakan Pusat Darurat Turgeau akan ditutup tanpa batas waktu, sembari mereka melakukan analisis keamanan. Kelompok itu juga menambahkan, mereka akan terus memberikan perawatan medis di lokasi lain di Port-au-Prince.

Sebelum serangan terjadi, Pusat Turgeau sendiri merawat 80 hingga 100 pasien per hari.

2. Banyak organisasi bantuan hentikan operasinya karena situasi keamanan

Ini bukan kali pertama MSF menjadi sasaran kelompok bersenjata di Haiti. Sejumlah geng pernah mengancam keselamatan staf MSF dan memaksa rumah sakit di ibu kota tersebut ditutup awal tahun ini.

Pada November, para pasien sempat harus dievakuasi dari Rumah Sakit Pusat Fontaine di Port-au-Prince, setelah fasilitas tersebut dikepung oleh geng bersenjata.

Meningkatnya kekerasan di Haiti telah berdampak pada kesejahteraan pekerja bantuan, sehingga memaksa organisasi bantuan untuk menghentikan operasinya.

“Kami membutuhkan keselamatan minimum untuk menjalankan misi medis kami,” kata Vasseur.

3. Lebih dari 8 ribu orang dibunuh dan terluka akibat kekerasan geng

Menurut kantor hak asasi manusia PBB, lebih dari 8 ribu orang telah terbunuh, terluka atau diculik di Haiti sepanjang 2023. Jumlah ini jauh melampaui angka pada tahun sebelumnya.

PBB memperkirakan, hampir 80 persen wilayah metropolitan Port-au-Prince berada di bawah pengaruh, atau dikendalikan langsung oleh geng-geng bersenjata, dikutip VOA News.

Menanggapi krisis ini, Dewan Keamanan PBB pada awal Oktober telah memberikan lampu hijau bagi misi yang dipimpin Kenya untuk membantu polisi Haiti yang kewalahan. Seorang pejabat PBB berharap pasukan keamanan multinasional dapat dikerahkan ke negara tersebut pada kuartal pertama tahun depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us