Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Minim Air Bersih-Pembalut, Perempuan Gaza Minum Pil Penunda Menstruasi

Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))
Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))

Jakarta, IDN Times - Konflik berkepanjangan di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 mempersulit kehidupan para perempuan Palestina, karena kondisi kesehatan yang memburuk. 

Perempuan di Gaza dikabarkan harus menghadapi proses menstruasi tanpa privasi dan sanitasi yang memadai. Mereka bahkan mengonsumsi tablet yang digunakan untuk menunda menstruasi, dikutip dari Al Jazeera.  

Salma meninggalkan rumahnya di lingkungan Tel al-Hawa di Kota Gaza dua minggu lalu, dan tinggal di rumah kerabatnya di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah. Dia mengaku menghadapi kondisi berat saat menstruasi.

“Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini. Saya mendapat menstruasi dua kali dalam bulan ini, yang sangat tidak teratur bagi saya dan mengalami pendarahan hebat," kata Salma pada Senin (6/11/2023)

1. Penggunaan kamar mandi yang dibatasi

Save Palestine (IDN Times/Aditya Pratama)
Save Palestine (IDN Times/Aditya Pratama)

Salma mengatakan, dia harus menghadapi kesulitan untuk menemukan pembalut di beberapa toko dan apotek yang masih buka. 

Sementara itu, karena terpaksa berbagi tempat tinggal di tengah kekurangan air, sanitasi rutin menjadi suatu kemewahan. Penggunaan kamar mandi harus dijatah dan mandi dibatasi beberapa hari sekali.

2. Merasa tak nyaman dengan kondisi konflik

Korban penyerangan Israel terhadap Palestina. (instagram.com/mohammed_dahlan86)
Korban penyerangan Israel terhadap Palestina. (instagram.com/mohammed_dahlan86)

Perempuan berusia 41 tahun ini mengaku berada dalam ketakutan, ketidaknyamanan, dan depresi yang berdampak buruk pada siklus menstruasinya.

Tablet penunda menstruasi umumnya lebih banyak tersedia di beberapa apotek karena jarang digunakan. Ini jadi pilihan perempuan yang mengalami konflik.

“Saya meminta putri saya pergi ke apotek dan membeli pil penunda menstruasi,” kata Salma.

3. Kondisi psikologis saat haid makin buruk saat perang

Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (Dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))
Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (Dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))

Psikolog dan pekerja sosial yang berbasis di Kota Gaza, Nevin Adnan, mengungkapkan perempuan biasanya mengalami gejala psikologis serta fisik pada hari-hari sebelum dan selama menstruasi.

Mereka umumnya mengalami perubahan suasana hati dan nyeri perut bagian bawah serta punggung. Gejala-gejala ini dapat memburuk karena stres akibat perang. 

“Perpindahan menyebabkan stres yang ekstrem dan itu memengaruhi tubuh perempuan serta hormonnya,” kata dia.

“Bisa juga terjadi peningkatan gejala fisik yang berhubungan dengan menstruasi, seperti sakit perut dan punggung, sembelit dan kembung,” ujarnya

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us