Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

DR Kongo dan Rwanda Akhirnya Setujui Perjanjian Perdamaian

ilustrasi bendera Republik Demokratik Kongo (pexels.com/aboodi)
ilustrasi bendera Republik Demokratik Kongo (pexels.com/aboodi)
Intinya sih...
  • Rwanda dan RD Kongo optimis perjanjian perdamaian akan mengembalikan stabilitas di RD Kongo.
  • Presiden AS, Donald Trump, mendukung perjanjian ini sebagai akhir dari kekerasan di RD Kongo bagian timur.
  • AS ingin menjadi penengah antara kedua negara untuk mendapatkan sumber daya alam mineral di RD Kongo dan melawan pengaruh China di Afrika.

Jakarta, IDN Times - Republik Demokratik (RD) Kongo dan Rwanda, pada Jumat (27/6/2025), menyetujui perjanjian perdamaian untuk pertama kalinya. Perjanjian ini resmi mengakhiri perseteruan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. 

Perseteruan kedua negara imbas dukungan Rwanda terhadap kelompok pemberontak M23 di RD Kongo bagian timur. Tak hanya dengen RD Kongo, Rwanda juga berseteru dengan Burundi terkait dugaan dukungan kepada pemberontak RED Tabara. 

Pada awal Juni, Rwanda mengumumkan rencana keluar dari keanggotaan Economic Community of Central African States (ECCAS) menyusul protes larangan memegang presidensi dari RD Kongo. 

1. Rwanda dan RD Kongo mengaku optimis dengan kesepakatan ini

Menteri Luar Negeri (Menlu) RD Kongo, Therese Kayikwamba Wagner, mengatakan bahwa konflik antara kedua negara telah mengakibatkan jutaan korban di negaranya. Ia optimis perjanjian ini akan mengembalikan stabilitas di RD Kongo. 

“Beberapa luka akan sembuh, tapi mereka akan hilang sepenuhnya. Semua yang terdampak akan melihat. Mereka berharap kesepakatan ini dihargai dan kami tidak boleh mengecewakannya,” ungkap Wagner, dikutip Africa News

Sementara itu, Menlu Rwanda, Olivier Nduhungirehe, mengungkapkan harapannya agar kesepakatan ini dapat berjalan dengan baik tidak seperti sebelumnya. 

“Tidak dapat diragukan bahwa jalan ini tidak mudah. Namun, dengan bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan rekan lainnya kami berharap situasi dapat berubah dan perdamaian bisa tercapai,” terangnya. 

2. Mendapat bantuan mediasi dari AS

Presiden AS, Donald Trump, mengatakan bahwa perjanjian ini mengakhiri aksi kekerasan dan kerusakan yang dirasakan oleh warga RD Kongo bagian timur selama bertahun-tahun. 

“Hari ini, kekerasan dan kerusakan telah berakhir dan seluruh kawasan akan memulai lembaran baru dan harapan baru beserta kesempatan baru. Ini adalah sebuah terobosan besar bagi kedua negara,” tuturnya. 

Di sisi lain, RD Kongo berharap AS memberikan bantuan keamanan untuk melawan kelompok pemberontak dan mengambil kembali Goma dan Bukavu dari tangan M23. 

Melansir BBC, Rwanda mengungkapkan bahwa keberadaan tentaranya di RD Kongo hanya untuk kepentingan mengamankan negaranya. Kigali menampik tuduhan membela pemberontak M23 dan mengambil sumber daya alam di RD Kongo. 

3. AS berniat mendapatkan sumber daya alam RD Kongo

Bendera Amerika Serikat. (unsplash.com/mck)

Pakar politik dari lembaga Dypol, Christian Moleka, mengungkapkan bahwa perjanjian ini memang sebuah titik balik besar, tapi juga bisa jadi sebuah langkah yang tidak dapat mengakhiri konflik. 

“Perjanjian saat ini mengabaikan kejahatan perang dan keadilan bagi para korban lewat sebuah kerja sama antara korban dan agresor. Ini seperti sebuah kebahagiaan sesaat dan tidak membangun perdamaian jangka panjang,” tandasnya. 

Kesediaan AS untuk menjadi penengah antara RD Kongo dan Rwanda ini bertujuan melawan pengaruh China di Afrika. Sebab sejumlah perusahaan besar China sudah terlibat dalam pertambangan mineral di RD Kongo. 

Selain itu, perjanjian ini juga meliputi komponen ekonomi yang dikehendaki oleh pemerintahan Trump. Washington disebut berniat untuk mendapatkan keuntungan dengan ikut mengeruk kekayaan sumber daya alam mineral di RD Kongo. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us