Nyawa Sandera Terancam, Hamas Minta Israel Setop Serang Gaza

- 48 sandera Israel diyakini masih berada di Gaza
- Hamas belum terima proposal gencatan senjata terbaru
- Militer Israel serang rumah sakit di Kota Gaza
Jakarta, IDN Times - Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, pada Minggu (28/9/2025) mengatakan telah kehilangan kontak dengan pasukannya yang menahan dua sandera Israel di Kota Gaza. Kelompok tersebut mendesak militer Israel untuk menarik pasukannya dan menghentikan serangan udara selama 24 jam agar mereka dapat mengamankan sandera.
Para sandera, Matan Angrest dan Omri Miran, kini tak diketahui nasibnya setelah Israel mengintensifkan serangan di lingkungan Sabra dan Tal al-Hawa dalam dua hari terakhir.
“Nyawa kedua sandera berada dalam bahaya nyata, dan pasukan pendudukan harus segera mundur ke selatan Jalan 8 serta menghentikan serangan udara selama 24 jam mulai pukul 18.00 waktu setempat, hingga upaya penyelamatan terhadap kedua tahanan dilakukan,” demikian pernyataan Brigade al-Qassam, dikutip dari France24.
1. 48 sandera Israel diyakini masih berada di Gaza
Awal bulan ini, Hamas merilis “foto perpisahan” para sandera di Gaza sebagai upaya untuk menghentikan operasi militer Israel, yang kini telah meluluhlantakkan Kota Gaza dan kembali memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengungkapkan bahwa serangan di Kota Gaza terjadi secara besar-besaran dan tanpa henti.
“Itu merupakan gabungan dari artileri berat, serangan drone (dan) bom gempa yang dijatuhkan di sejumlah wilayah dan menghancurkan fondasi bangunan. Risiko hilangnya para sandera di bawah reruntuhan sangat tinggi, mengingat daerah tersebut telah menjadi sasaran bom tanpa henti dalam beberapa hari terakhir,” jelasnya.
Israel menyatakan sebanyak 48 sandera masih ditahan di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup. Namun, pemerintah hingga kini masih menolak menghentikan perang, meskipun keluarga sandera terus mendesak tercapainya kesepakatan komprehensif yang dapat mengakhiri konflik dan memulangkan semua sandera, dil
2. Hamas belum terima proposal gencatan senjata terbaru
Dalam pernyataan sebelumnya, sayap politik Hamas mengatakan bahwa mereka belum menerima proposal gencatan senjata baru dari mediator Qatar dan Mesir, meskipun Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terus memperkirakan gencatan senjata akan segera terjadi.
Kelompok itu menjelaskan bahwa negosiasi masih terhenti setelah Israel berusaha membunuh para pemimpin senior Hamas di Doha pada 9 September saat mereka berkumpul untuk meninjau proposal gencatan senjata yang diajukan Trump sebelumnya.
Sementara itu, para menteri Israel dari sayap kanan mengatakan bahwa mereka menolak rencana 21 poin yang diajukan Trump maupun kesepakatan lainnya yang akan mengakhiri perang sebelum Hamas benar-benar dilenyapkan.
“Tuan Perdana Menteri, Anda tidak memiliki mandat untuk mengakhiri perang tanpa kekalahan telak terhadap Hamas," tulis Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, di platform X.
3. Militer Israel serang rumah sakit di Kota Gaza
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 66 ribu warga Palestina telah tewas sejak Israel melancarkan perang di wilayah tersebut pada Oktober 2023. Sebagian besar rumah rusak atau hancur, dan 2,3 juta penduduknya hidup dalam krisis kemanusiaan yang parah.
Dilansir dari Al Jazeera, militer Israel dilaporkan telah mengebom Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, menghancurkan seluruh blok bangunan dan membuat pasien yang ketakutan berlarian mencari perlindungan.
Hasan al-Sha’ir, direktur medis rumah sakit tersebut, mengatakan bahwa para staf tetap bekerja meski kondisi sangat berat dan rasa takut yang luar biasa. Ia menyebutkan sedikitnya 100 pasien menerima perawatan dalam kondisi yang sangat sulit di tengah kekurangan obat-obatan dan peralatan medis penting.
Menurut kantor berita Palestina Wafa, militer Israel juga dilaporkan menembaki Rumah Sakit Al Helou di Kota Gaza, yang memiliki bangsal kanker dan unit neonatal tempat 12 bayi prematur dirawat.t. Staf medis mengatakan bahwa lebih dari 90 orang, termasuk dokter, perawat dan pasien, masih terjebak di dalam rumah sakit ketika tank-tank Israel mengepung fasilitas tersebut.