Panglima TNI Hadir di Shangri-La Dialogue 2025, Perkuat Relasi Militer

- Jenderal Agus Subiyanto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Asia: Shangri-La Dialogue 2025.
- Agus bertemu dengan Panglima Angkatan Bersenjata Singapura dan Kanada, membahas kerja sama pertahanan di Asia Pasifik.
- Menteri Pertahanan China absen, Singapura berharap kehadiran China di forum tahun depan untuk memperkuat komunikasi.
Jakarta, IDN Times - Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto turut menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Asia atau Asia Security Summit: Shangri-La Dialogue (SLD) 2025 pada 30 Mei hingga 1 Juni 2025. Di sela-sela pertemuan itu, Jenderal Agus melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi di kawasan Asia Pasifik, mulai dari Menteri Pertahanan, kepala angkatan bersenjata hingga menteri.
Dua pejabat tinggi di antaranya yang ditemui Agus yakni Panglima Angkatan Bersenjata Singapura, Laksamana Madya Aaron Beng Yao Cheng dan Panglima Angkatan Bersenjata Kanada, Jenderal MarrieLAR, Jennie Carignan.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan ada berbagai isu pertahanan yang dibahas Jenderal Agus, mulai dari tingkat Asia Pasifik hingga dunia. "Selain itu, forum ini juga bisa menjadi sebuah kesempatan bagi TNI untuk bekerja sama di bidang pertahanan dengan negara-negara lain di Asia," ujar Kristomei seperti dikutip dari keterangan tertulis pada Minggu (1/6/2025).
Kerja sama di sektor pertahanan, kata Kristomei, diyakini mampu meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dengan sejumlah negara lain di kawasan Asia Pasifik.
"Konferensi tingkat tinggi ini bertujuan untuk memperkuat rasa kebersamaan di antara para pembuat kebijakan yang penting di sektor keamanan dan pertahanan di kawasan," tutur dia.
1. Menhan China absen dalam Shangri-La Dialogue 2025

Sementara, Menteri Pertahanan China, Laksamana Dong Jun absen dalam pertemuan Shangri-La Dialogue 2025. Hal itu juga dikonfirmasi oleh Menhan Singapura, Chan Chun Sing.
Menhan Chan memilih Laksamana Dong ikut hadir dalam pertemuan tahunan tersebut untuk menghindari berbagai persepsi yang muncul. Apalagi di forum itu, turut hadir Menhan Amerika Serikat (AS), Pete Hegseth. Perang tarif antara China dengan Negeri Paman Sam turut menjadi salah satu isu yang disinggung di forum Shangri-La Dialogue.
"Saya kira akan lebih adil bila saya mengatakan bahwa semua orang berharap kehadiran delegasi China karena Shangri-La Dialogue telah berkembang selama ini. Tingkat partisipasinya juga ikut berkembang selama beberapa tahun terakhir. Itu sebabnya banyak orang menilai ini forum yang bermanfaat dan penting, sebuah platform yang bermanfaat untuk saling bertukar pandangan," ujar Menhan Chan seperti dikutip dari laman Anadolu, Minggu (1/6/2025).
Namun, ia menyadari kehadiran delegasi Negeri Tirai Bambu menjadi hak dari China sendiri. Singapura pun berharap delegasi dari China akan bisa hadir di forum Shangri-La Dialogue tahun depan.
Menhan Chan pun mendorong semua menteri pertahanan agar tetap membuka komunikasi dengan Negeri Tirai Bambu. "Saya yakin China, di waktu yang pas menurut mereka, akan mau membuka komunikasi dengan dunia karena saya rasa penting bagi semua pihak untuk berkomunikasi serta memahami satu sama lain," tutur dia.
2. Delegasi Indonesia diwakili oleh Wamenhan Donny

Sementara, delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Menteri Pertahanan Marsekal Madya (Purn) Donny Ermawan Taufanto. Di sela-sela Shangri-La Dialogue, Donny sempat bertemu dengan Menhan Singapura, Chan Chun Sing.
Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo mengatakan peningkatan hubungan pertahanan di antara kedua negara menjadi fokus pembicaraan. "Termasuk latihan bersama dan pertukaran pendidikan antarperwira," ujar pria yang akrab disapa Tommy itu dan dikutip dari akun media sosialnya.
Ia juga sempat menuturkan kisah menarik. Sebab, sebelum menduduki posisi Menhan, Chan Chun Sing pernah bertugas di Jakarta.
"Menhan Chan ketika itu bertugas sebagai atase darat di Kedutaan Singapura di Jakarta," katanya.
3. PM Malaysia wanti-wanti Asia Tenggara tak membutuhkan perang dingin baru

Salah satu pembicara kunci yang menyampaikan pandangannya di Shangri-la Dialogue 2025 adalah Perdana Malaysia, Anwar Ibrahim. Anwar berbicara bertepatan dengan momen Negeri Jiran yang kini mengemban tugas sebagai Ketua ASEAN.
Di dalam pidatonya, Anwar memperingatkan tentang ortodoksi baru yang tidak hanya mempengaruhi cara pandang terhadap diplomasi tetapi juga bagaimana sistem keamanan akan disusun. Hal ini, diyakini berisiko memecah belah arsitektur regional dan merusak otonomi strategis Asia Tenggara.
"Mempertahankan otonomi kita bukan tentang melawan orang lain. Ini tentang memperkuat diri kita sendiri. Ini, pada dasarnya, adalah apa yang dimaksud dengan Sentralitas ASEAN," ujar Anwar seperti dilansir dari laman Malay Mail pada Minggu (1/6/2025).
Dia juga menggarisbawahi Asia Tenggara tidak membutuhkan Perang Dingin baru, melainkan keseimbangan yang mendorong kerja sama tanpa paksaan dan keseimbangan tanpa politik blok.
"ASEAN tidak pernah ditujukan untuk mendominasi atau memerintah. Pondasi itu masih tetap ada," katanya.