Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Parah! Wabah Campak di Zimbabwe Sudah Menewaskan 698 Anak

Vaksinasi campak terhadap anak di Zimbabwe. (Twitter.com/MSF_Zimbabwe)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan Zimbabwe, pada Senin (5/9/2022), melaporkan bahwa wabah campak yang melanda negara itu telah menewaskan 698 anak-anak.

Angka yang diumumkan itu telah meningkat empat kali lipat dari jumlah kematian yang disampaikan sekitar dua minggu lalu, yaitu sebanyak 157 anak. Sebagian besar kasus terjadi pada anak yang tidak divaksinasi.

1. UNICEF prihatin dengan peningkatan kematian akibat campak

Ilustrasi vaksinasi campak. (Pixabay.com/12019)

Melalui Twitter, otoritas Zimbabwe menyampaikan bahwa hingga 4 September tercatat sudah ada 6.291 kasus campak. Sekitar 4.459 pasien sudah sembuh, namun 698 di antaranya meninggal dunia.  

"Secara kumulatif, 47,8 persen kasus dilaporkan dari Provinsi Manicaland di Zimbabwe Timur, sementara provinsi Mashonaland Barat memiliki tingkat kematian kasus kumulatif tertinggi (16,5 persen). Sementara itu, laki-laki merupakan 52,7 persen dari total kasus," kata Kementerian Kesehatan.

Melansir Anadolu Agency, Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyampaikan keprihatinannya atas peningkatan kematian akibat campak. UNICEF menyampaikan bahwa mereka telah membantu pemerintah Zimbabwe dalam menanggapi wabah campak.

"UNICEF sangat prihatin dengan jumlah kasus dan kematian di antara anak-anak akibat wabah campak di Zimbabwe. UNICEF membantu pemerintah untuk mengendalikan wabah melalui pelacakan kasus di masyarakat dan kegiatan imunisasi tambahan,” kata UNICEF.

2. Pemerintah diminta untuk meningkatkan vaksinasi

Vaksinasi campak terhadap anak di Zimbabwe. (Twitter.com/MSF_Zimbabwe)

Melansir Associated Press, presiden Asosiasi Praktisi Medis dan Gigi Swasta Zimbabwe, Johannes Marisa, mengatakan bahwa pemerintah perlu meningkatkan kampanye vaksinasi massal.

Ia mendorong agar masyarakat diberikan pemahaman tentang betapa pentingnya vaksinasi, terutama kepada melompok agama yang tidak meyakini khasiat vaksin.

“Karena perlawanan, pendidikan mungkin tidak cukup, sehingga pemerintah juga harus mempertimbangkan untuk menggunakan langkah-langkah koersif untuk memastikan tidak ada yang boleh menolak vaksinasi untuk anak-anak mereka,” kata Marisa.

Marisa menyarankan agar pemerintah memberlakukan kebijakan wajib untuk penyakit berbahaya seperti vaksinasi campak. Saat ini, kabinet Zimbabwe telah telah mengajukan undang-undang yang digunakan untuk menanggapi campak.

Kasus kematian pada anak-anak banyak terjadi kepada mereka yang tidak divaksinasi. Upaya zimbabwe untuk memvaksinasi anak-anak mengalami hambatan dari kelompok-kelompok agama yang menentang vaksin.

Demi meningkatkan upaya vaksinasi, pemerintah telah melibatkan para pemimpin adat dan agama. Saat ini pemerintah telah memulai kampanye vaksinasi massal yang menargetkan anak-anak berusia antara 6 bulan hingga 15 tahun.

3. Lebih dari 90 persen populasi perlu divaksinasi campak

Vaksinasi campak terhadap anak di Zimbabwe. (Twitter.com/MSF_Zimbabwe)

Campak merupakan salah satu penyakit paling menular di dunia dan sebagian besar menyebar di udara melalui batuk, bersin, atau kontak dekat. Gejala penyakit ini adalah batuk, demam , ruam kulit.

Risiko kematian atau kondisi parah akibat campak banyak terjadi kepada mereka yang tidak divaksinasi. Penularan campak pada populasi yang tidak divaksinasi dan kekurangan gizi diketahui telah membunuh ribuan orang.

Di Zimbabwe, campak pertama kali dilaporkan di provinsi Manicaland timur pada awal April dan sejak itu menyebar ke seluruh bagian negara itu. Penyebarannya telah meningkat setelah pelonggaran pembatasan COVID-19, saat pertemuan di gereja dapat kembali dilakukan. Hal itu menyebabkan penyebaran campak ke daerah yang sebelumnya tidak terdampak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada April telah memperingatkan peningkatan campak di negara-negara yang sistem kesehatannya rentan dan terganggu akibat COVID-19. 

Untuk mengatasi wabah campak, para ilmuwan memperkirakan lebih dari 90 persen populasi perlu diimunisasi.

UNICEF pada Juli menyampaikan, sekitar 25 juta anak di seluruh dunia telah melewatkan vaksinasi rutin terhadap penyakit anak-anak yang umum, yang disebut sebagai peringatan merah untuk kesehatan anak. Hal itu disebabkan oleh virus corona yang mengganggu pelayanan kesehatan lainnya.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us