Pasukan Israel Mulai Tinggalkan Gaza Usai Gencatan Senjata

- Penarikan pasukan sesuai kesepakatan gencatan senjata
- Gencatan senjata dimediasi AS dan Mesir
- Warga Gaza masih takut untuk kembali
Jakarta, IDN Times – Pasukan Israel mulai menarik diri dari sejumlah wilayah penting di Jalur Gaza pada Jumat (10/10/2025). Penarikan ini dilakukan beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas diumumkan.
Warga Palestina yang sebelumnya mengungsi mulai terlihat kembali ke beberapa bagian Gaza City dari wilayah barat menuju area utama kota, tempat mereka sebelumnya dipaksa mengungsi akibat operasi militer. Beberapa brigade dan divisi militer Israel juga telah meninggalkan wilayah bagian tengah Gaza.
Di kamp Nuseirat, Gaza bagian tengah, sejumlah keluarga tampak bergerak menuju utara, menunggu kesempatan untuk kembali ke area Koridor Netzarim, jalur strategis yang selama berbulan-bulan menjadi basis operasi pasukan Israel. Namun, mereka masih menanti kepergian tank-tank terakhir Israel dari wilayah tersebut sebelum dapat benar-benar kembali ke rumah.
Kendati penarikan pasukan berlangsung, suasana di lapangan masih mencekam. Sejumlah saksi mata melaporkan aktivitas tinggi pesawat nirawak, jet tempur, hingga kapal perang Israel sejak pagi hari. Bahkan, beberapa serangan udara dikabarkan terjadi di lokasi-lokasi tempat warga berkumpul untuk kembali ke rumah mereka.
1. Penarikan pasukan sesuai kesepakatan gencatan senjata

Dalam pembaruan militer yang dirilis pada pukul 12.00 waktu setempat (09.00 GMT), militer Israel menyatakan bahwa pasukannya kini telah ‘menempatkan diri pada garis penempatan terbaru, sesuai dengan kerangka kesepakatan gencatan senjata’.
“Pasukan Komando Selatan tetap berada di wilayah tersebut dan akan terus beroperasi untuk mengeliminasi ancaman langsung apa pun,” demikian pernyataan resmi militer Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Langkah penarikan pasukan ini menjadi tahap awal implementasi dari rencana perdamaian yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sehari sebelumnya. Dalam rencana tersebut, Hamas diwajibkan untuk membebaskan seluruh sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sementara Israel menarik pasukannya ke garis yang telah disepakati.
Kesepakatan gencatan senjata ini disambut luas oleh masyarakat internasional, setelah dua tahun perang brutal yang menewaskan lebih dari 60.000 warga Gaza dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur di wilayah tersebut.
2. Gencatan senjata dimediasi AS dan Mesir
Kesepakatan gencatan senjata tercapai setelah serangkaian perundingan intensif di Kairo, Mesir, dengan mediasi langsung dari Presiden AS Donald Trump. Dalam kesepakatan itu, kedua pihak sepakat untuk menghentikan pertempuran dan membuka akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke seluruh wilayah Gaza.
Trump menyebut, perjanjian tersebut sebagai “momen bersejarah” yang bisa membuka jalan menuju perdamaian yang lebih luas di Timur Tengah. “Ini bukan hanya tentang Gaza, ini tentang perdamaian di seluruh kawasan Timur Tengah,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox News.
Presiden Israel Benjamin Netanyahu menyambut kesepakatan itu dengan mengatakan bahwa salah satu tujuan utama perang, yakni pemulangan sandera, akhirnya tercapai. Ia juga berterima kasih kepada Trump, penasihat senior Jared Kushner, dan pengusaha Steve Witkoff atas upaya mereka dalam memfasilitasi kesepakatan tersebut.
3. Warga Gaza masih takut untuk kembali

Meskipun gencatan senjata telah disepakati, banyak warga Gaza masih merasa waswas untuk kembali ke rumah mereka. Selain ancaman ranjau dan reruntuhan, aktivitas militer Israel di udara masih terlihat jelas.
“Kami sudah kehilangan segalanya, kami hanya ingin hidup dengan damai,” kata salah seorang pengungsi.
Organisasi kemanusiaan internasional menyerukan agar proses penarikan pasukan disertai jaminan keamanan bagi warga sipil serta percepatan distribusi bantuan makanan dan medis. Menurut laporan PBB, lebih dari 1,4 juta warga Gaza masih mengungsi dan membutuhkan tempat tinggal yang layak.