Pasukan Perdamaian PBB Masih Pertahankan Posisi di Lebanon

- UNIFIL konfirmasi pasukan penjaga perdamaian masih ditempatkan di Lebanon dengan rencana darurat siap diaktifkan jika diperlukan.
- Tentara Israel memberi info ke UNIFIL tentang niatnya untuk meluncurkan serangan darat terbatas ke wilayah Lebanon dan meminta relokasi posisi pasukan UNIFIL.
- UNIFIL terus mendesak Israel untuk mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 guna memulihkan stabilitas di kawasan tersebut.
Jakarta, IDN Times - Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) telah mengonfirmasi bahwa pasukan penjaga perdamaian masih ditempatkan di berbagai lokasi di seluruh Lebanon. Mereka bersiaga dengan rencana darurat yang siap diaktifkan jika diperlukan.
"Kami memiliki rencana darurat yang siap diaktifkan jika diperlukan," kata juru bicara pasukan penjaga perdamaian, Andrea Tenenti dalam sebuah pernyataan, Sabtu (5/10/2024), dilansir ANTARA dari Anadolu. Meski begitu, dia tidak memberikan informasi tambahan apa pun.
1. Israel beri info ke UNIFIL sebelum serangan ke Lebanon

Tenenti mengonfirmasi bahwa tentara Israel memberi tahu UNIFIL pada 30 September, tentang niatnya untuk meluncurkan serangan darat terbatas ke wilayah Lebanon. Mereka juga meminta relokasi beberapa posisi pasukan UNIfiL.
Juru bicara tersebut menambahkan, pasukan penjaga perdamaian terus menyesuaikan posisi dan aktivitas mereka dengan situasi terkini di Lebanon setelah Israel melancarkan invasi daratnya.
2. UNIFIL terus desak Israel untuk patuhi Resolusi DK PBB 1701

Juru bicara tersebut juga menekankan bahwa UNIFIL terus mendesak Israel untuk mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang dianggap sebagai "satu-satunya solusi efektif untuk memulihkan stabilitas di kawasan tersebut." Resolusi tersebut, yang diadopsi dengan suara bulat pada 11 Agustus 2006.
Resolusi itu menyerukan penghentian total permusuhan antara Hizbullah dan Israel serta menetapkan zona demiliterisasi antara Garis Biru, batas antara Lebanon dan Israel, dan Sungai Litani di Lebanon selatan. Zona tersebut dimaksudkan untuk bebas dari kombatan, peralatan militer dan senjata, kecuali milik tentara Lebanon dan UNIFIL.
3. Perang Hizbullah-Israel dimulai sejak perang di Gaza memanas

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 41.800 orang, yang sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Serangan ini pun menyusul serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober 2023.
Setidaknya 2.011 orang telah tewas dan lebih 9.500 orang terluka serta 1, 2 juta lainnya mengungsi, menurut otoritas Lebanon. Komunitas internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.