Paus Fransiskus Serukan Perdamaian Global di Momen Natal 2024

- Paus Fransiskus meminta gencatan senjata di Gaza, Ukraina, dan Sudan
- Situasi kemanusiaan di Gaza sangat buruk dengan ribuan korban tewas dan luka-luka
- Paus Fransiskus juga mendesak penghentian perang saudara di Sudan yang telah berlangsung selama 20 bulan
Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus meminta seluruh pihak yang bertikai di berbagai belahan dunia menghentikan konflik bersenjata. Seruan perdamaian global ini disampaikan dalam pidato Natal tahunan "Urbi et Orbi" (Kepada Kota dan Dunia) dari balkon utama Basilika Santo Petrus, Vatikan pada Rabu (25/12/2024).
Pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia itu mengajak seluruh umat manusia bergerak bersama menciptakan perdamaian.
"Saya mengundang setiap individu dan semua orang dari semua bangsa menjadi peziarah harapan, menghentikan suara senjata dan mengatasi perpecahan," ujar Paus Fransiskus, dilansir NPR.
Pidato Natal kali ini menjadi yang ke-12 sepanjang masa kepausannya. Paus berusia 88 tahun tersebut menyoroti berbagai konflik yang masih berlangsung di dunia, mulai dari Gaza, Ukraina, hingga Sudan.
1. Desak gencatan senjata di Gaza
Paus Fransiskus menilai kondisi kemanusiaan di Gaza saat ini berada dalam situasi sangat buruk. Ia meminta semua pihak yang berkonflik segera melakukan gencatan senjata dan membebaskan para sandera Israel yang masih ditahan Hamas.
Data terbaru menunjukkan setidaknya 45.361 warga Palestina tewas dan 107.803 lainnya terluka sejak 7 Oktober 2023. Sementara serangan Hamas ke Israel menewaskan 1.139 orang dan menyandera sekitar 200 orang.
Konflik yang berlangsung selama lebih dari 14 bulan telah mengakibatkan hampir seluruh warga Gaza mengungsi. Berbagai bangunan di wilayah tersebut juga mengalami kehancuran akibat serangan yang terus berlanjut.
"Saya memikirkan komunitas Kristiani di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza, di mana situasi kemanusiaan sangat buruk. Semoga ada gencatan senjata, sandera dibebaskan, dan bantuan diberikan kepada warga yang letih akibat kelaparan dan perang," tutur Paus, dikutip dari The Guardian.
2. Dorong perdamaian di Ukraina
Paus Fransiskus juga meminta penghentian perang di Ukraina yang telah berlangsung hampir dua tahun. Ia mendorong adanya langkah dialog dan pertemuan untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan.
Seruan perdamaian ini disampaikan bertepatan saat Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran ke Ukraina pada pagi Natal. Dilansir France24, sebanyak 170 rudal dan drone ditembakkan ke berbagai infrastruktur energi di seluruh Ukraina.
Sebelumnya pada Maret 2024, Paus mendapat kritik dari pejabat Ukraina setelah menyarankan negara itu mengangkat "bendera putih". Pernyataan itu sempat menimbulkan kontroversi hingga. Vatikan mengklarifikasi bahwa maksud Paus adalah mencari solusi diplomatik demi perdamaian yang adil.
Prospek perdamaian dinilai mulai terlihat setelah Presiden Volodymyr Zelenskyy menunjukkan keterbukaan untuk bernegosiasi. Hal ini terjadi dalam beberapa minggu setelah Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat.
3. Harapan perdamaian untuk Sudan dan negara lain
Paus Fransiskus mengimbau penghentian perang saudara di Sudan yang telah berlangsung selama 20 bulan. Konflik tersebut telah mengakibatkan jutaan warga Sudan terancam kelaparan.
Berbagai kekejaman terjadi selama konflik Sudan berlangsung. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia melaporkan adanya pembunuhan dan pemerkosaan bermotif etnis. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) saat ini sedang menyelidiki dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di negara tersebut.
Dilansir Al Jazeera, Paus meminta komunitas internasional memfasilitasi akses bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Sudan. Ia berharap berbagai pihak segera memulai negosiasi baru demi gencatan senjata. Seruan perdamaian juga ditujukan bagi negara-negara lain yang mengalami konflik seperti Lebanon, Mali, Mozambik, Haiti, Venezuela, dan Nikaragua.
Sehari sebelumnya, Paus membuka "Pintu Suci" Basilika Santo Petrus yang menandai dimulainya Tahun Yubileum 2025. Acara tahunan ini diperkirakan akan menarik 32 juta peziarah Katolik ke Roma.