Israel Masih Bom Gaza, Korban Tewas Jadi 45.259 Orang

- Pasukan Israel terus membombardir Jalur Gaza, menyebabkan 45.259 orang tewas dan 107.627 terluka.
- Hanya 12 truk bantuan kemanusiaan berhasil tiba di Gaza utara dalam 2,5 bulan terakhir, situasi semakin memburuk.
Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel masih terus membombardir Jalur Gaza sampai hari ini. Jumlah korban tewas pun terus meningkat.
Dilansir dari Anadolu, Selasa (24/12/2024), data dari Kementerian Kesehatan Gaza per tadi malam, korban tewas meningkat menjadi 45.259 orang. Selain itu, sebanyak 107.627 orang juga dilaporkan terluka.
"Pasukan Israel menewaskan 32 orang dan melukai 54 lainnya dalam empat pembantaian keluarga dalam 24 jam terakhir,” sebut pernyataan Kemenkes Gaza.
"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," tambah pernyataan itu.
1. Hanya ada 12 truk bantuan yang masuk ke Gaza dalam 2 bulan

Organisasi nonpemerintah, Oxfam mengungkapkan, hanya 12 truk bantuan kemanusiaan yang berhasil tiba di Gaza utara dalam 2,5 bulan terakhir. Situasi juga semakin memburuk di Jalur Gaza yang terisolasi.
Dikutip dari ANTARA, melalui pernyataan, Oxfam menyebut, penundaan sengaja dan pencegatan sistematis oleh tentara Israel telah membuat hanya 12 truk yang dapat mengirim bantuan kepada warga sipil Palestina yang kelaparan.
2. Israel mengontrol ketat perbatasan Gaza

Pasukan Israel menerapkan kontrol ketat terhadap kedatangan bantuan internasional yang dinilai sangat penting bagi 2,4 juta orang di Gaza sejak awal agresinya di Jalur Gaza 7 Oktober 2023.
Oxfam menyatakan, pihaknya bersama sejumlah organisasi kemanusiaan internasional lainnya selalu dicegat untuk memberikan bantuan esensial di Gaza utara sejak 6 Oktober selagi pasukan Israel menggencarkan aksi pemboman mereka.
3. Warga Palestina kehabisan air dan makanan

Oxfam juga melaporkan, ribuan orang masih terkepung, namun dengan pembatasan akses bantuan kemanusiaan, mustahil untuk menghitung jumlah mereka secara akurat.
Oxfam menambahkan, pada awal Desember, organisasi kemanusiaan yang bertugas di Gaza mendapat panggilan dari orang-orang rentan yang terjebak di rumah atau pengungsian, yang sudah kehabisan air dan makanan.