Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pecahi Rekor, Pengunjung Asing ke Jepang Capai 36 Juta di 2024

Potret Shibuya Crossing di Tokyo, Jepang. (pixabay/uniquedesign52)

Jakarta, IDN Times - Jumlah warga negara asing yang mengunjungi Jepang pada 2024 mencapai jumlah tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,78 juta orang.

Berdasarkan data awal Badan Layanan Imigrasi pada Jumat (24/1/2025), angka tersebut naik sekitar 42,4 persen dari tahun sebelumnya. Badan itu menghubungkan jumlah rekor tersebut dengan tren pemulihan pascapandemik di bidang pariwisata, serta peningkatan jumlah penerbangan internasional dan melemahnya yen.

Jumlah tersebut memecahkan rekor yang ditetapkan pada 2019 dan mencapai angka tertinggi sejak statistik dimulai pada 1950, dilansir NHK News.

Pada 2021, jumlah pengunjung menurun drastis mencapai 353 ribu orang selama pandemik virus corona, namun kini telah pulih drastis.

1. Warga Korsel menjadi pengunjung terbanyak yang datang ke Jepang

Warga Korea Selatan (Korsel) merupakan kelompok terbesar dengan 8,6 juta orang yang mengunjungi Negeri Sakura, diikuti oleh Taiwan dengan hampir 5,7 juta, China dengan sekitar 5,5 juta, dan Amerika Serikat dengan 2,6 juta orang.

Berdasarkan kategori, lebih dari 33 juta orang datang untuk kunjungan singkat, termasuk berliburan. Sebanyak 170 ribu orang memasuki Jepang untuk tujuan belajar.

Sekitar 150 ribu orang memasuki Jepang dengan visa pelatihan magang teknis, yang mana angka tersebut turun 19 persen dari tahun sebelumnya. Sementara, pendatang dengan visa untuk pekerja keterampilan tertentu yang diluncurkan pada 2019, guna mengimbangi kekurangan tenaga kerja di negara tersebut, meningkat 48 persen menjadi sekitar 60 ribu orang.

Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), jumlah pengunjung ke Jepang pada Desember mencapai 3,49 juta, naik 27,6 persen dari tahun sebelumnya dan mencapai rekor tertinggi dalam satu bulan. Lonjakan itu didorong oleh permintaan perjalanan selama liburan sekolah, serta musim liburan Natal dan Tahun Baru di banyak negara.

2. Warga asing habiskan uang sebesar Rp846 triliun di Jepang

Bendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Kyodo News melaporkan, berdasarkan data pemerintah Jepang pada 15 Januari, pengeluaran orang asing yang datang melampaui 8 triliun yen (Rp831,9 triliun).

Mereka menghabiskan total 8,14 triliun yen (Rp846,4 triliun) untuk akomodasi, belanja, dan pengeluaran lainnya pada tahun lalu. Angka tersebut melampaui rekor sebelumnya sebesar 5,31 triliun yen (Rp551,6 triliun) yang ditetapkan pada 2023, menurut angka awal dari JNTO.

Pengunjung China menghabiskan uang paling banyak sebesar 1,73 triliun yen (Rp179,6 triliun), meliputi 21,3 persen dari total keseluruhan. Lalu, diikuti oleh 1,09 triliun (Rp113,1 triliun) yang dihabiskan oleh warga Taiwan dan 963,2 miliar yen (Rp100 triliun) oleh warga Korsel.

Tercatat, porsi terbesar dari total pengeluaran sebesar 33,6 persen atau 2,74 triliun yen (Rp284,4 triliun) digunakan untuk akomodasi, diikuti oleh biaya belanja sebesar 29,5 persen, dan makan sebesar 21,5 persen. 

Pengunjung Jepang rata-rata menghabiskan sekitar 227 ribu yen (Rp23,5 juta) per orang, dengan warga Inggris menghabiskan paling banyak sekitar 383 ribu yen (Rp39,7 juta), diikuti oleh warga Australia dengan 382 ribu yen (Rp39,6 juta) dan warga Spanyol dengan 370 ribu yen (Rp38,3 juta).

3. Sektor pariwisata menjadi salah satu pemasok terbesar ekonomi Jepang

Potret para turis memadati Fushimi Inari Taisha di Kyoto, Jepang. (unsplash.com/Ye Min Htet)

Statistik Perdagangan Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa pengeluaran pariwisata kini menduduki peringkat kedua, setelah 17,2 triliun yen (Rp1.786 triliun) yang dihasilkan oleh ekspor mobil pada 2023. Jumlah tersebut melampaui 5,4 triliun yen (Rp560,9 triliun) dari semikonduktor dan 4,5 triliun yen (Rp467,4 triliun) dari baja.

Pemerintah Jepang berupaya menarik 60 juta pengunjung setiap tahunnya dan meningkatkan pengeluaran tahunan mereka hingga 15 triliun yen (Rp1.558 triliun) pada 2030. Namun, negara ini menghadapi masalah terkait dengan pariwisata yang berlebihan dan kekurangan tenaga kerja di sektor perhotelan.

Selain itu, pihaknya juga sedang melakukan berbagai upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan kelas atas. Juga, mendorong pengunjung untuk bepergian ke luar kota-kota besar dengan meningkatkan akses ke bandara regional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us