Trump Akan Kenakan Tarif 10 Persen untuk Impor China Mulai 1 Februari

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sedang mempertimbangkan untuk mengenakan tarif tambahan pada impor China mulai 1 Februari. Hal ini dinilai sebagai langkah yang akan meningkatkan ketegangan perdagangan antara dua raksasa ekonomi terbesar dunia tersebut.
"Kami berbicara tentang tarif sebesar 10 persen terhadap China berdasarkan fakta bahwa mereka mengirim fentanil ke Meksiko dan Kanada," kata Trump pada Selasa (21/1/2025), dikutip dari Kyodo News.
Pernyataan tersebut mengacu pada obat yang diangkut melintasi perbatasan AS dan merupakan penyebab utama kematian akibat overdosis di negara itu.
1. Kenaikan tarif juga akan berlaku pada Meksiko dan Kanada
Saat dilantik sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya pada Senin (20/1/2025), Trump mengatakan ia dapat mengenakan bea masuk sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko paling cepat pada tanggal 1 Februari. Ia menyalahkan negara-negara tetangga karena tidak berbuat cukup banyak untuk memblokir imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba.
Sebelumnya, rencana tarif menargetkan ketiga negara, yang merupakan mitra dagang utama AS, diumumkan pada November setelah Trump memenangkan pemilihan presiden dengan janji menghidupkan kembali kebijakan luar negeri dan ekonomi American First miliknya.
Saat itu, Trump mengancam tarif yang menargetkan barang-barang dari Meksiko dan Kanada akan berlaku sejak hari pertama ia menjabat. Namun, ia tidak menjelaskan kapan bea masuk tambahan yang direncakan terhadap barang-barang dari China akan berlaku.
2. Trump menyerukan peninjauan ulang hubungan dagang AS-China

Pada hari pertama masa jabatan keduanya, Trump mengeluarkan memorandum yang memerintahkan berbagai lembaga untuk mempelajari masalah-masalah perdagangan, termasuk defisit perdagangan AS. Hal ini mencakup berbagai mekanisme yang digunakan dalam impor obat-obatan terlarang, seperti fentanil.
Memorandum tersebut juga memerintahkan peninjauan ulang hubungan dagang dengan Beijing dan rekomendasi berdasarkan temuan tersebut, termasuk langkah-langkah penerapan tarif.
Saat masa jabatan pertamanya sebagai presiden, Trump mengenakan tarif hukuman besar-besaran terhadap Beijing di tengah perang dagang yang saling berbalas.
Lalu penggantinya, Joe Biden sebagian besar mempertahankan tarif dan meningkatkannya pada barang-barang China di sektor-sektor yang memiliki kepentingan strategis, seperti semikonduktor, panel surya, dan produk baja.
3. Respons China atas pernyataan Trump terkait kenaikan tarif

Menanggapi ancaman Trump, Negeri Tirai Bambu berjanji akan membela kepentingan nasionalnya dan dapat mengambil tindakan balasan.
"Kami selalu percaya bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers di Beijing pada 22 Januari.
"China bersedia menjaga komunikasi dengan AS, guna menangani perbedaan dengan tepat, memperluas kerja sama yang saling menguntungkan, dan mendorong pembangunan hubungan bilateral yang stabil, sehat, dan berkelanjutan," tambahnya, dikutip dari The Straits Times.