Pemberontak Suriah Rebut Separuh Kota Aleppo dalam Tiga Hari

Jakarta, IDN Times - Kelompok pemberontak Suriah berhasil memasuki dan menguasai separuh wilayah Kota Aleppo pada Sabtu (30/11/2024). Pencapaian ini terjadi hanya dalam tiga hari setelah pasukan pemberontak melancarkan serangan dari basis mereka di Provinsi Idlib.
Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memimpin serangan yang dimulai pada Rabu (27/11/2024). Pasukan pemberontak berhasil menguasai setengah wilayah Aleppo karena pasukan pemerintah memilih mundur.
Melansir Reuters, otoritas Suriah pun langsung menutup bandara dan seluruh akses jalan menuju kota terbesar kedua di negara itu.
David Carden, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Krisis Suriah, melaporkan pertempuran selama tiga hari telah menewaskan 27 warga sipil termasuk anak 8 tahun. PBB menyatakan keprihatinan mendalam atas perkembangan situasi di barat laut Suriah.
1. Pemberontak kuasai pangkalan militer dan empat kota strategis
Pasukan pemberontak bergerak cepat menguasai puluhan kota dan desa di pinggiran Aleppo. Mereka berhasil merebut pangkalan militer, persenjataan, serta tank dari pasukan pemerintah Suriah. Pemberontak juga menguasai empat kota strategis termasuk Mansoura yang berjarak 8 kilometer dari pusat Aleppo.
Militer Suriah telah memerintahkan pasukannya melakukan penarikan mundur dari area-area utama kota yang dimasuki pemberontak. Tiga sumber militer menyampaikan bahwa perintah mundur diberikan setelah garis pertahanan mereka runtuh.
"Garis pertahanan rezim telah hancur total. Tidak ada yang menyangka pemberontak akan mencapai tepi Aleppo secepat ini," ujar Dareen Khalifa dari International Crisis Group, dilansir dari The Guardian.
Serangan ini dinilai menjadi yang terbesar sejak perjanjian gencatan senjata antara Rusia dan Turki pada Maret 2020.
2. Lebih dari 14 ribu warga mengungsi akibat pertempuran
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan melaporkan lebih dari 14 ribu orang telah mengungsi akibat pertempuran tersebut. Sekitar setengah dari pengungsi merupakan anak-anak yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Kantor berita SANA melaporkan empat warga sipil termasuk dua mahasiswa tewas ketika asrama universitas di Aleppo terkena tembakan dari pasukan pemberontak.
"Kami takut perang akan pecah dan kami akan terusir dari rumah kami lagi," ungkap Sarmad, warga Aleppo berusia 51 tahun, dilansir dari Al Jazeera.
Kementerian Luar Negeri Turki meminta semua pihak menahan diri.
"Bagi Turki, sangat penting untuk menghindari ketidakstabilan yang lebih besar dan mencegah jatuhnya korban sipil."
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan Rusia menganggap serangan pemberontak sebagai pelanggaran kedaulatan Suriah.
Sementara, Iran menuding Amerika Serikat dan Israel berada di balik bangkitnya kelompok pemberontak tersebut, dilansir dari CNN.
3. Rusia janji kirim bantuan militer
Dua sumber militer Suriah mengungkapkan, Damaskus akan menerima bantuan peralatan militer baru dari Rusia. Pengiriman bantuan dijadwalkan tiba di pangkalan udara Hmeimim dekat Kota Latakia dalam 72 jam ke depan.
Angkatan udara Rusia telah melancarkan lebih dari 125 serangan udara ke wilayah yang dikuasai pemberontak di Idlib dan Aleppo barat. Serangan balasan ini menewaskan 12 warga sipil dan melukai 46 orang lainnya, menurut laporan PBB.
Kantor berita Iran Tasnim melaporkan seorang Brigadir Jenderal Garda Revolusi Iran tewas dalam pertempuran di Aleppo barat pekan ini. Pemberontak menyatakan mereka memang menargetkan pasukan Iran yang bertempur bersama tentara pemerintah Suriah.
Kelompok pemberontak mengklaim serangan mereka merupakan respons atas peningkatan serangan udara Rusia-Suriah ke Idlib beberapa pekan terakhir. Situasi ini semakin menambah ketegangan regional bersamaan dengan perang Israel-Hamas di Gaza.
PBB melaporkan Israel telah melancarkan lebih dari 116 serangan ke wilayah Suriah sepanjang tahun ini. Serangan-serangan tersebut menewaskan lebih dari 100 orang, sementara pertempuran di Lebanon memaksa 500 ribu orang mengungsi ke Suriah.