Pendeta Yerusalem: Kristen Sengsara di Bawah Ekstrimis Zionis!

Jakarta, IDN Times - Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem, Theophilos III, menuduh kelompok-kelompok radikal Israel mengancam kehadiran orang-orang Kristen di kota suci itu. Dalam tulisannya di Times of London, dia yakin tindakan itu bertujuan untuk mengusir orang Kristen keluar dari kota Yerusalem.
"Kehadiran kami di Yerusalem berada di bawah ancaman. Gereja-gereja kami diancam oleh kelompok pinggiran radikal Israel. Di tangan para ekstremis Zionis ini, komunitas Kristen di Yerusalem sangat menderita,” tulis sang patriark dalam artikelnya, dikutip dari Reuters, Minggu (9/1/2022).
1. Orang Kristen kerap kali mendapat perlakuan tak pantas

Theophilos mengatakan, orang Kristen di Yerusalem kerap kali menjadi korban kejahatan dan kebencian terutama pada mereka yang termasuk golongan rohaniawan. Gereja-gereja juga dinodai dan dirusak yang kemudian membuat khawatir orang-orang Kristen Yerusalem atas keselamatan mereka.
Kritikan Theophilos yang mengarah langsung ke ekstrimis Israel itu dinilai lebih tajam daripada pernyataan kolektif yang dikeluarkan oleh kepala gereja lain di Yerusalem sebelum Natal. Kepala gereja lain kerap mengkritik kelompok radikal pinggiran namun tidak mengidentifikasi mereka sebagi orang Israel.
Sebuah laporan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan tahun lalu tentang kebebasan beragama di seluruh dunia mengatakan para pendeta dan peziarah Kristen terus melaporkan kasus orang Yahudi ultra-Ortodoks di Yerusalem yang melecehkan atau meludahi mereka.
2. Israel bantah klaim pendeta tersebut

Pernyataan Theophilos mendapat kecaman dari pihak Israel dan menyebutnya sebagai pernyataan tidak berdasar. Pada hari Minggu, seorang pejabat Israel mengatakan kenyataan di lapangan bagi orang Kristen benar-benar berbeda dari yang dijelaskan oleh patriark.
Dia juga mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada 22 Desember yang membantah klaim para pemimpin gereja sebelumnya.
"Sejak awal didirikan, negara Israel telah berkomitmen untuk kebebasan beragama dan beribadah untuk semua agama, serta untuk memastikan kebebasan akses ke tempat-tempat suci," kata pernyataan Kemlu tersebut.
"Pernyataan para pemimpin Gereja di Yerusalem sangat membuat marah karena sikap diam mereka atas penderitaan banyak komunitas Kristen di Timur Tengah yang menderita karena diskriminasi dan penganiayaan," sambung pernyataan itu.
3. Theophilos sebut kritikannya itu bukan untuk Israel secara umum

Dalam kolomnya, Theophilos mengatakan kaum radikal yang dia kritik tidak mewakili negara Israel atau orang-orang Yahudi secara keseluruhan. Dia juga menyerukan Yerusalem untuk tetap menjadi "komunitas mosaik" yang beragam dari Yudaisme, Kristen, dan Islam.
Dilansir The Jerusalem Post, Kemlu Israel juga mengharapkan para pemimpin agama untuk tidak menyebarkan kebencian dan hasutan yang tidak berdasar yang bertujuan memperparah antisemitisme dan dapat menyebabkan kekerasan yang membahayakan orang tidak bersalah.