Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perempuan di Ethiopia: Saya Diperkosa Bergiliran oleh Pasukan Tigray

Ilustrasi wanita Afrika (twitter.com/Human Rights Watch)

Jakarta, IDN Times – Pasukan dari wilayah Tigray, Ethiopia, dilaporkan telah memerkosa dan melecehkan perempuan di wilayah Amhara. Laporan itu diungkap oleh Amnesty International dalam laporannya yang dirilis Rabu (10/11/2021). 

Juru bicara Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), Getachew Reda, mengaku belum membaca laporan Amnesty. Namun, dia berjanji akan menanggapi tuduhan itu secara serius. 

"Kami siap untuk melakukan penyelidikan independen," kata Reda, dilansir Reuters

Laporan Amnesty menyimpulkan, konflik selama setahun antara pemerintah pusat dengan pasukan Tigray diiringi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak-pihak yang terlibat. Salah satu petinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, kekerasan seksual sering dijadikan sebagai 'senjata perang'. 

1. Sejumlah wanita mengaku telah diperkosa oleh pasukan TPLF

Sebanyak 16 perempuan di Nifas Mewcha, kota Amhara, mengaku kepada Amnesty bahwa mereka telah diperkosa oleh pejuang Tigray. Hasil wawancara dan keterangan resmi otoritas lokal menjadi sumber data yang digunakan Amnesty dalam menyusun laporan tersebut. 

"Kesaksian yang kami dengar dari para penyintas menggambarkan tindakan tercela para pejuang TPLF yang merupakan kejahatan perang, dan berpotensi menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan," kata sekretaris jenderal Amnesty, Agns Callamard.

Seorang perempuan berusia 45 tahun menuturkan, empat pejuang TPLF datang ke rumahnya dengan alasan untuk meminta kopi.

"Saya mencurigai niat mereka, dan saya mengusir putri-putri saya," katanya, seraya menambahkan bahwa para lelaki itu melontarkan hinaan etnis kepadanya dan menyuruhnya untuk memanggil kembali anak-anaknya.

Dari empat pejuang, ada satu orang yang membela sang ibu karena tiga rekannya terus melontarkan hinaan.  

"Mereka memaksanya meninggalkan rumah dan tiga dari mereka tetap di rumah saya. Kemudian mereka memerkosa saya secara bergiliran,” sambungnya.

2. Kasus pelecehan seksual diduga lebih tinggi dari laporan

Ilustrasi wanita Afrika (twitter.com/allAfrica.com)

Melansir AP News, para penyintas mengatakan bahwa mereka mengidentifikasi pejuang Tigray dengan aksennya dan dengan cercaan etnis terhadap Amhara. Dalam beberapa kasus, para pejuang terang-terangan mengaku sebagai pasukan Tigray. 

“Itu terjadi dalam sembilan hari, sangat mengejutkan,” kata peneliti Amnesty, Fisseha Tekle. Sementara dia mengatakan kelompok hak asasi tidak dapat menggolongkan tindakan itu secara sistematis karena fokus laporan yang terbatas.

Apa yang didokumentasikan Amnesty di kota itu hampir sama dengan apa yang telah terjadi di Tigray, katanya.

“Penghinaan etnis, dimensi etnis, pemerkosaan berkelompok. Semua hal ini serupa,” tambah Tekle.

Jumlah perempuan yang mengalami pelecehan seksual kemungkinan  jauh lebih tinggi. Petugas pemerintah daerah untuk Urusan Perempuan, Anak dan Pemuda melaporkan, 71 perempuan dilaporkan telah diperkosa oleh pejuang TPLF selama periode konflik. Sementara Kementerian Kehakiman Federal menyebut jumlahnya 73 perempuan, dikutip dari Al Jazeera

3. Pengepungan di wilayah Tigray

Pasukan militer di Ethiopia (twitter.com/News Central TV)

Temuan ini mengikuti penyelidikan PBB terhadap dugaan kekejaman di Ethiopia, yang menemukan semua pihak melakukan pelanggaran berat. Pelanggaran itu terindikasi sebagai kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan. 

Amnesty sempat merilis laporan pada Agustus lalu, yang menemukan bahwa tentara pemerintah federal juga melakukan pemerkosaan terhadap perempuan dewasa dan anak-anak. 

Human Right Watch mengatakan, upaya pengepungan pemerintah terhadap Tigray menghambat korban pemerkosaan untuk memperoleh akses ke perawatan kesehatan.

Kelompok hak asasi yang berbasis di New York juga menuduh pihak-pihak yang bertikai melakukan kekerasan seksual dan dengan sengaja menargetkan fasilitas kesehatan, serta mendokumentasikan trauma fisik dan mental para korban pemerkosaan yang berusia enam hingga 80 tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us