Peringatan 3 Tahun Perang, 267 Drone Rusia Serang Ukraina

Jakarta, IDN Times – Rusia melancarkan serangan drone terbesar ke Ukraina pada Minggu (23/2/2025), yang melibatkan 267 drone tersebut diklaim sebagai peringatan atas tiga tahun terjadinya konflik.
"Menjelang peringatan tiga tahun perang skala penuh, Rusia meluncurkan 267 pesawat nirawak serang terhadap Ukraina. Itu merupakan serangan terbesar sejak pesawat nirawak Iran mulai menyerang kota-kota dan desa-desa Ukraina," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dilansir Politico.
Zelenskyy kemudian mengutuk serangan udara Rusia. Angkatan udara Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 138 pesawat tanpa awak ditembak jatuh, sementara 119 lainnya menghilang dari radar setelah diganggu oleh peralatan khusus.
Rusia juga dilaporkan meluncurkan tiga rudal balistik. Kerusakan akibat serangan dilaporkan di lima wilayah.
1. Zelenskyy minta jaminan keamanan kepada Eropa

Zelenskyy mengatakan, selama seminggu terakhir, Rusia telah mengirim hampir 1.150 pesawat serang tak berawak, lebih dari 1.400 bom udara berpemandu, dan 35 rudal berbagai jenis terhadap Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan Sabtu malam, dia mengungkapkan kembali seruannya untuk jaminan keamanan.
"Jaminan keamanan adalah hal yang menyatukan mayoritas. Eropa, Amerika, dan semua mitra kita di dunia perlu memiliki pemahaman bersama tentang cara memastikan bahwa Putin tidak akan pernah menipu siapa pun lagi. Rusia tidak dapat lagi membawa kematian bagi negara lain,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa Ukraina kini mendapatkan banyak dukungan dari seluruh dunia. Karena itu, kata dia, upaya untuk meraih perdamaian harus didukung.
2. Uni Eropa berikan dukungan militer bagi Ukraina

Sebagai wujud dukungan terhadap Ukraina, Uni Eropa mengalokasikan 20 miliar euro (Rp341 triliun) untuk Kiev. Bantuan militer tersebut bertujuan memperkuat posisi strategis Ukraina saat Presiden AS, Donald Trump, menekan agar perjanjian gencatan senjata segera dicapai dengan Rusia.
”Dukungan militer tambahan tersebut akan ditujukan untuk memasok Kiev dengan sistem pertahanan udara, amunisi artileri, rudal jarak jauh, dan pesawat nirawak,” lapor Kyivindependent pada Sabtu.
Meski begitu, paket bantuan berisiko tertunda karena Hungaria yang dekat dengan Rusia telah berjanji untuk menolak bantuan tambahan apa pun untuk Ukraina. Pemilu Jerman yang ditetapkan pada 23 Februari juga dapat memengaruhi jadwal bantuan.
3. Hubungan AS dan Ukraina semakin sulit

Hubungan Rusia dan Ukraina kini semakin dipertanyakan setelah usulan perundingan gencatan senjata diinisiasi oleh Trump. Pada Selasa, AS mengadakan pertemuan dengan Rusia yang membahas terkait perundingan gencatan senjata di Arab Saudi.
Meski begitu, Ukraina sama sekali tak diundang dalam pembicaraan tersebut. Zelenskyy memprotes langkah tersebut. Sementara Trump menanggapi dengan menyebut Zelenskyy sebagai diktator.
"Ukraina tidak punya kartu apa pun, tetapi mereka bermain keras. Kami tidak akan membiarkan ini terus berlanjut. Kami sedang bernegosiasi dengan Rusia, Ukraina, dan mencoba menyelesaikan situasi yang mengerikan itu,” kata Trump, dilansir Anadolu Agency.
Zelenskyy kini tak bisa berharap lebih kepada Trump. Presiden AS itu bahkan meminta agar Ukraina segera mungkin mengadakan pemilihan untuk melengserkan Zelenskyy. Dengan itu, upaya negosiasi lebih mudah dilakukan.