Putin: Tentara Rusia di Ukraina Pertahankan Masa Depan Negara

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Minggu (23/2/2025), mengatakan bahwa tentara Rusia di Ukraina berjuang mempertahankan masa depan negaranya. Pernyataan itu disampaikan saat peringatan Hari Pembela Tanah Air di Rusia.
Pada akhir Januari, Putin mengaku bersedia mengadakan negosiasi damai untuk mengakhiri perang di Ukraina. Namun, ia tidak mau berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy karena menganggap masa jabatannya sudah berakhir sejak tahun lalu.
1. Berniat berikan senjata modern kepada militer Rusia
Putin mengapresiasi tentara Rusia di Ukraina sebagai pahlawan karena dengan berani mengorbankan nyawanya demi mempertahankan negaranya di tengah ancaman kedaulatan.
"Hari ini, di tengah risiko kehilangan nyawa dan keberaniannya, mereka berjuang mempertahankan Tanah Air, kepentingan nasional, dan masa depan Rusia. Kami akan melanjutkan peningkatan kapabilitas tentara dan kesiapannya sebagai komponen penjamin keamanan dan kedaulatan Rusia di masa sekarang dan yang akan datang," tutur Putin, dikutip Tass.
Ia menyebut bahwa wajib militer sudah dipandang sebagai sesuatu yang membanggakan di Rusia. Ia mengklaim, wajib militer sangat penting untuk memupuk patriotisme dari generasi ke generasi.
Presiden Rusia yang menjabat sejak 1999 itu pun berniat memberikan senjata modern kepada militer Rusia. Ia pun tidak akan mengubah rencana dalam memperkuat kapabilitas militernya di tengah perubahan situasi global.
2. Rusia akan terapkan mekanisme baru dalam menghadapi masuknya perusahaan Barat

Pada Jumat (21/2/2025), Putin mengatakan bahwa Rusia membutuhkan mekanisme baru untuk mengatur masuknya perusahaan Barat di negaranya. Ia menyebut, perusahaan Rusia tidak boleh tersingkir akibat kalah dalam berkompetisi.
"Kami dapat meregulasi kembalinya perusahaan ke pasar kami yang pantas dengan menciptakan sebuah kebijakan yang menguntungkan bagi perusahaan dalam negeri. Saya meminta pemerintah untuk berpikir bagaimana kita dapat meregulasi interaksi antara perusahaan lokal dan kompetitor," ungkapnya, dilansir The Moscow Times.
Sejak Februari 2022, ratusan perusahaan Barat sudah meninggalkan pasar Rusia menyusul invasi skala besar ke Ukraina. Putin menyebut bahwa sanksi-sanksi Barat telah berperan signifikan dalam menstimulasi peningkatan produksi barang buatan dalam negeri.
Sementara, dialog pertama Amerika Serikat (AS)-Rusia di Arab Saudi terkait penyelesaian konflik di Ukraina telah membuka kembali potensi masuknya sejumlah perusahaan Barat ke Rusia.
3. Putin apresiasi dialog AS-Rusia di Arab Saudi
Pada Rabu (19/2/2025), Putin mengapresiasi dialog antara Rusia dan AS di Arab Saudi. Ia menyebut dialog tersebut adalah langkah awal untuk memulai pengembalian hubungan baik kedua negara.
"Saya mendapatkan kabar dari dialog tersebut. Saya menilai ini cukup baik dan terdapat hasil dari perbincangan tersebut. Menurut pandangan saya, kita sudah memulai langkah awal pengembalian kepentingan bersama di berbagai area," tuturnya.
Ia menambahkan, tidak mungkin menyelesaikan permasalahan antara kedua negara, termasuk krisis di Ukraina tanpa meningkatkan kepercayaan. Ia menyebut AS akhirnya bersedia menerima informasi yang objektif.
Sejak dilantik pada akhir Januari, Presiden AS, Donald Trump resmi mengakhiri kebijakan isolasi Rusia yang diterapkan mantan Presiden AS Joe Biden menyusul keputusan invasi skala besar ke Ukraina.