Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Zelenskyy Siap Mundur demi Perdamaian di Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (President.gov.ua, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Minggu (23/2/2024), mengaku siap mundur demi mewujudkan perdamaian di Ukraina. Ia menyebut bahwa dia tidak berencana memimpin Ukraina hingga 10 tahun lamanya atau selamanya. 

Beberapa hari terakhir, hubungan Zelenskyy dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terus memanas. Trump mengklaim bahwa Zelenskyy sebagai seorang diktator dan menyuruhkan untuk segera pergi demi menyelamatkan Ukraina. 

1. Siap mundur jika Ukraina diperbolehkan menjadi anggota NATO

Zelenskyy mengatakan siap mundur dari jabatannya jika artinya Ukraina diperbolehkan masuk dalam aliansi NATO dan terwujudnya perdamaian di Ukraina. 

"Jika terdapat sebuah perdamaian di Ukraina, jika Anda benar-benar menginginkan saya meninggalkan jabatan, saya siap. Saya bersedia menerima itu jika ini ditukarkan dengan keanggotaan NATO. Saya akan pergi sesegera mungkin apabila diperlukan," tuturnya, dikutip Kyiv Post

Ia menambahkan, tidak tersinggung dengan ucapan Trump yang menyebutnya sebagai seorang diktator. Zelenskyy mengklaim hanya diktator yang sebenarnya yang tersinggung ketika dihina seperti itu. 

"Saya tentu tidak menggambarkan pernyataan Trump sebagai sebuah pujian. Namun, seseorang yang tersinggung dengan pernyataan diktator adalah diktator itu sendiri. Saya bukanlah itu. Saya adalah presiden yang terpilih secara sah," tambahnya. 

2. Tolak perjanjian dengan AS yang merugikan Ukraina

Zelenskyy mengungkapkan bahwa permintaan AS untuk membayar bantuan perang dengan sumber daya alam Ukraina sebesar 500 miliar dolar AS (Rp8.152 triliun) tidak sebanding dengan yang diberikan. Ia pun menyebut bahwa bantuan militer AS bukanlah utang. 

"Kami tidak akan mengakui jumlah permintaan sebesar itu yang jauh lebih besar dari jumlah bantuan militer dari AS yang nilainya hanya 100 miliar dolar AS (Rp1.630 triliun) selama berada di bawah kepemimpinan mantan Presiden AS, Joe Biden," ujarnya, dilansir The Kyiv Independent

Ia mengatakan bahwa tidak akan menyetujui perjanjian yang hanya akan merugikan Ukraina. Zelenskyy mengklaim bahwa perjanjian itu akan selesai dibayarkan hingga 10 generasi rakyat Ukraina. 

Ia menambahkan, proposal awal AS adalah mendapatkan 50 persen bunga dari sumber daya alam Ukraina, termasuk mineral langka, minyak, dan gas alam. Selain itu, terdapat perjanjian soal infrastruktur penting dan pelabuhan. 

3. Zelenskyy sebut Hungaria ikut sebarkan disinformasi soal Ukraina

ilustrasi bendera Hungaria (pixabay.com/lmaresz)

Pada hari yang sama, Zelenskyy mengklaim bahwa salah satu anggota pemerintahan Hungaria di bawah Perdana Menteri Viktor Orban telah menyebarkan disinformasi terkait perang di Ukraina. 

"Saya tahu bahwa terdapat orang dari pemerintahan Hungaria yang berhubungan langsung dengan orang di pemerintahanan Trump. Mereka terus mempertanyakan agar tidak ada lagi ekspansi NATO di Eropa Timur," terangnya. 

Ia mengungkapkan bahwa tidak ada risiko apapun terkait semua negara menjadi anggota NATO setelah adanya perjanjian antara negara bekas Uni Soviet dan AS. Ia menyebut, semua negara bekas Soviet rawan diokupansi kembali oleh Rusia. 

Zelenskyy menambahkan bahwa semua disinformasi tersebut sangat berbahaya. Ia mengaku ingin berbicara langsung dengan Trump untuk menjelaskan masalah di negaranya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us