Prancis-Aljazair Perbaiki Hubungan Bilateral

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis, Jean-Noel Barrot, pada Minggu (6/4/2025), mengadakan kunjungan ke Aljazair untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara.
Pada Juli 2024, Prancis akhirnya mengakui Sahara Barat sebagai wilayah otonom di bawah Maroko. Keputusan ini memantik ketegangan dengan Aljazair yang selama ini mendukung kemerdekaan Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS).
Alhasil, Aljazair memanggil Duta Besarnya di Paris untuk memrotes tindakan Prancis. Sementara itu, representasi Aljazair di Prancis saat ini hanya diwakilkan oleh charge d'affaires.
1. Buka lembaran baru hubungan Prancis-Aljazair
Barrot mengumumkan fase baru hubungan bilateral dengan Aljazair. Ia pun menyebut bahwa kunjungan ini adalah sinyal perbaikan hubungan diplomatik Prancis-Aljazair.
"Kami mengungkapkan keinginan untuk masuk ke dalam fase baru dan membangun kembali sebuah kerja sama yang setara. Pengaktifan kembali mekanisme kerja sama. Prancis berharap kami dapat membalikkan lembaran baru relasi dengan Aljazair," tutur Barrot, dilansir Le Monde.
Menlu Prancis itu menambahkan, kedua negara setuju mengaktifkan kembali kerja sama keamanan. Pemimpin intelijen senior dari kedua negara akan mengadakan pertemuan dalam beberapa hari ke depan untuk membicarakan kerja sama keamanan.
2. Prancis kembalikan kerja sama migrasi dengan Aljazair
Barrot mengungkapkan bahwa Prancis dan Aljazair sudah mengadakan dialog strategis mengenai kawasan Afrika Barat atau Sahel. Keduanya mengkhawatirkan soal maraknya jihadis di kawasan tersebut.
"Kami akan memiliki dialog strategis mengenai Sahel. Kawasan ini sudah terdampak oleh krisis keamanan imbas munculnya kelompok jihadis dan serangkaian kudeta di beberapa negara di Afrika Barat," tuturnya.
Ia menyatakan bahwa Prancis dan Aljazair akan kembali bekerja sama dengan migrasi dan visa masuk sesuai dengan kerangka persetujuan.
"Proses migrasi antara kedua negara yang harus dikembalikan sesegera mungkin. Ini demi mengurangi tensi setelah Aljazair menolak menerima pemulangan migran Aljazair yang masuk di Prancis," tambahnya.
3. Macron mendesak Aljazair bebaskan Sansal

Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah meminta kepada Aljazair untuk mengampuni seorang penulis berkebangsaan Prancis dan Aljazair, Boualem Sansal.
"Kami meminta kepada Aljazair untuk memberikan gestur pengampunan dan dukungan kemanusiaan kepada Sansal. Kami juga meminta Aljazair untuk membebaskan Sansal yang kesehatannya terus menurun karena kanker," ungkapnya.
Sebagai informasi, Sansal mendapatkan hukuman 5 tahun penjaga di Aljazair hanya karena bersedia menghadiri wawancara di media massa sayap kanan Prancis. Ia dituding merusak integritas teritorial Aljazair.
Sansal juga dikenal sebagai sosok yang kerap mengkritisi pemerintah Aljazair dan kelompok Islamis. Hukuman kepada Sansal menambah panjang ketegangan Prancis dan Aljazair selama hampir setahun terakhir.