Presiden Korsel Bertemu Xi Jinping Bahas Denuklirisasi Semenanjung Korea

- Presiden Korea Selatan dan China akan membahas denuklirisasi di Semenanjung Korea pada pertemuan puncak di Gyeongju, Korsel.
- Pertemuan tersebut bertujuan menjaga keseimbangan hubungan dengan China dan Amerika Serikat, serta membahas isu ekonomi yang berdampak pada masyarakat.
- Korea Selatan berharap China dapat mendukung upaya perdamaian dengan Korut dan menghidupkan kembali pembicaraan denuklirisasi yang terhenti sejak 2019.
Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dan Presiden China Xi Jinping akan menggelar pertemuan puncak untuk membahas berbagai isu, termasuk denuklirisasi di Semenanjung Korea, pada Sabtu (1/11/2025).
Kedua presiden akan bertemu di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Gyeongju, Korea Selatan (Korsel). Ini menandai kunjungan pertama Xi ke negara itu sejak 11 tahun lalu.
Pertemuan itu akan berlangsung saat Korsel berupaya menjaga keseimbangan antara mempererat hubungan dengan China dan tetap sejalan dengan Amerika Serikat, di tengah meningkatnya persaingan di antara negara-negara adidaya.
China adalah mitra dagang terbesar dan sekutu tradisional Korea Utara (Korut).
1. Lee dan Xi juga akan membahas pelucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea

Melansir ANTARA, juru bicara kepresidenan Korsel Kang Yu-jung pada Jumat (31/10/2025) mengatakan pertemuan Lee dan Xi juga akan membahas pelucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea, perdamaian dan stabilitas kawasan, serta isu ekonomi yang berdampak pada kehidupan masyarakat.
Lewat kebijakan "diplomasi pragmatis," Lee berjanji membangun hubungan Korsel-China yang lebih seimbang dan berorientasi masa depan.
Dia juga menekankan pentingnya peran China sebagai mitra kawasan serta pendukung perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.
2. Korsel akan minta China dorong upaya perdamaian dengan Korut

Lee diperkirakan akan meminta China berperan konstruktif dalam mendorong upaya perdamaian, seiring langkah Korsel meredakan ketegangan dengan Korut dan menghidupkan kembali pembicaraan denuklirisasi yang terhenti sejak 2019.
Sejauh ini, Korut menolak tawaran Lee untuk berdialog dan tidak menanggapi ajakan Presiden AS Donald Trump untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin Korut Kim Jong-un saat berkunjung ke Korsel.
3. Memicu kekhawatiran Korsel

Ketegangan meningkat setelah China bulan lalu mengumumkan langkah balasan terhadap lima anak perusahaan AS Hanwha Ocean, seraya menuduh mereka bekerja sama dengan pemerintah AS dalam penyelidikan terhadap industri maritim dan galangan kapal China.
Langkah itu memicu kekhawatiran di Korsel karena perusahaan yang terdampak diperkirakan berperan penting dalam membantu AS membangun kembali sektor galangan kapalnya berdasarkan perjanjian dagang Korsel-AS.
Pertemuan pada Sabtu itu berlangsung setelah pertemuan puncak antara Lee dan Trump pada Rabu, yang menghasilkan kesepakatan dagang untuk menurunkan tarif AS dan persetujuan penggunaan bahan bakar nuklir bagi proyek kapal selam bertenaga nuklir Korsel.


















