Netanyahu Dituduh Gunakan Kekuasaan Secara Tidak Sah

Netanyahu terancam tak menjabat perdana menteri lagi

Yerusalem, IDN Times - Perdana Menteri Israel Bernjamin Netanyahu hadir dalam sebuah persidangan di Pengadilan Distrik Yerusalem. Dia mengenakan setelan jas hitam dengan penutup masker yang juga berwarna hitam pada Senin (5/4).

Dalam persidangan tersebut, PM Netanyahu dituduh oleh jaksa penuntut umum telah menggunakan kekuasaannya secara tidak sah. Perbuatan PM Netanyahu yang dimaksud adalah menggunakan kekuatan kepada media utama Israel demi keuntungan pribadinya.

PM Netanyahu telah mendapatkan sandungan berupa tuduhan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan. Tahun lalu, selama berbulan-bulan PM Netanyahu terus menghadapi demonstrasi berdasarkan tuduhan tersebut. Namun ia terus menyangkal semuanya.

1. Memberlakukan bantuan sebagai "mata uang"

Netanyahu Dituduh Gunakan Kekuasaan Secara Tidak SahProtes anti-Netanyahu di Yerusalem. (Twitter.com/Noga Tarnopolsky)

Hakim Pengadilan Distrik Yerusalem memerintahkan PM Netanyahu untuk hadir dalam persidangan pada hari Senin. Kehadiran tersebut guna menghadapi tuntutan penyuapan, penipuan, dan pelanggaraan kepercayaan.

Dalam persidangan tersebut, jaksa penuntut yang bernama Liat Ben Ari menjelaskan bahwa PM Netanyahu menyalahgunakan kekuasaannya.

Melansir dari laman Al Jazeera, Ben Ari mengatakan Netanyahu "menggunakan secara tidak sah kekuasaan besar pemerintah yang dipercayakan kepadanya. Hubungan antara Netanyahu dan para tergugat menjadi mata uang, sesuatu yang bisa diperdagangkan,” katanya menambahkan.

Dalam penilaian jaksa, hubungan mata uang tersebut dapat mendistorsi penilaian seorang pegawai negara.

Saat Netanyahu menghadapi tuduhan dari jaksa penuntut, di luar gedung pengadilan para pengunjuk rasa yang menuntut PM Netanyahu untuk mundur serta para pendukung Netanyahu berkumpul ramai. 

2. Kasus apa yang menjerat PM Netanyahu?

PM Netanyahu selama wabah menyerang tahun lalu, telah menghadapi tekanan secara bertubi-tubi dari para demonstran yang menuntut pengunduran dirinya. Mereka melakukan unjuk rasa berdasarkan tiga kasus yang menjeratnya, serta karena dianggap keliru dalam menangani wabah virus corona yang melanda negeri.

Tiga kasus yang menjerat PM Netanyahu adalah diduga menerima hadiah senilai ratusan ribu dolar dari teman-teman kaya. Di antara mereka yang memberi termasuk seorang produser film Hollywood bernama Arnon Milchan dan miliarder dari Australia bernama James Packer.

Kemudian kasus kedua adalah Netanyahu dituduh mengatur peliputan positif terhadap media utama Israel. Netanyahu dianggap melakukan kesepakatan untuk peliputan citra positif dirinya.

Kasus terakhir adalah Kasus 4.000. Inilah yang jadi fokus utama dalam persidangan di hari Senin. Melansir dari laman BBC, jaksa penuntut Ben Ari mengatakan kasus tersebut adalah "kasus penting dan serius yang melibatkan korupsi pemerintah."

Saksi dalam persidangan PM Netanyahu bernama Ilan Yeshua, mantan CEO situs berita Walla. Menurutnya, ia diperintahkan oleh pemilik Walla yakni Shaul Elovitch, Bezeq, dan Iris Elovitch "untuk membuat artikel negatif tentang perdana menteri dan istrinya menghilang dari situs dan sebaliknya memposting artikel yang menguntungkan."

Dalam pengakuannya, Ilan Yeshua juga mengungkapkan bahwa stafnya di Walla marah atas tekanan dan perintah dari para pemilik media tersebut. Seorang editornya bahkan menjuluki perdana menteri "Kim," menyamakannya dengan diktator Korea Utara Kim Jong Un.

Baca Juga: 5 Fakta Pemilu Israel 2021: Akankah Dominasi Netanyahu Runtuh? 

3. Bagaimana posisi PM Netanyahu selanjutnya?

PM Benjamin Netanyahu sedang berjuang keras untuk mendapatkan jabatannya. Pemilu keempat yang baru saja berlangsung, tidak menghasilkan suara mayoritas di Parlemen Knesset sehingga nasib masa depan PM Netanyahu masih tidak jelas.

Namun PM Netanyahu diperkirakan akan tetap menjalankan posisinya karena proses persidangan dan banding dari dirinya akan memakan waktu selama bertahun-tahun.

Presiden Reuven Rivlin, melansir dari Associated Press, melakukan ritual paska-pemilu dengan berkonsultasi bersama berbagai partai terpilih untuk memilih calon dan membentuk pemerintahan yang baru.

Netanyahu dan pesaing utamanya yakni Yair Lapid, keduanya gagal mendapatkan suara mayoritas di parlemen dan itu mengancam akan terjadinya pemilu kelima secara berturut-turut di Israel, sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Yair Lapid meminta kepada semua faksi anti-Netanyahu untuk bergabung dan menyingkirkan perbedaan ideologis mereka lalu membentuk pemerintahan yang baru. Ia mengatakan “siapapun yang melihat kinerja sembrono Netanyahu hari ini, mengerti bahwa dia tidak dapat melanjutkan pekerjaannya. Kita tahu bagaimana menjembatani perbedaan. Kita tidak membenci satu sama lain."

Baca Juga: Netanyahu Diprediksi Gagal Raih Mayoritas Parlemen

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya