Putin Terima Kunjungan Menlu Korut, Bahas Apa?

- Rusia dan Korut mempererat hubungan militer dengan pakta kemitraan strategis pada 2024, saling mendukung di medan perang Ukraina.
- Pyongyang membangun museum dan monumen untuk mengenang prajurit Korut yang gugur dalam perang Rusia-Ukraina, sebagai simbol solidaritas militan.
- Hubungan ekonomi Rusia-Korut berakar dari sejarah panjang sejak Uni Soviet, termasuk dukungan terhadap klaim wilayah Rusia di Ukraina dan kerja sama perdagangan serta pariwisata.
Jakarta, IDN Times – Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Utara (Korut), Choe Son Hui, di Kremlin, Moskow, pada Senin (27/10/2025). Pertemuan ini menjadi bagian dari rangkaian dialog tingkat tinggi antara dua negara yang semakin dekat sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari 2022.
Dalam tayangan media pemerintah Rusia, Putin tampak menyambut Choe bersama Menlu Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Putin mengatakan bahwa hubungan Rusia dan Korut terus berkembang sesuai rencana, sambil menyampaikan salam kepada Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong Un.
Choe membawa pesan hangat dari Kim dan menilai kedekatan kedua negara bukan hanya bersifat politik, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang mendalam dalam pertemuannya dengan Lavrov, dikutip dari CNA.
1. Pakta militer mempererat dukungan Rusia dan Korut

Pada 2024, Rusia dan Korut menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang berisi janji saling mendukung militer bila salah satu diserang. Langkah ini memperkuat hubungan dua negara yang sama-sama menghadapi sanksi internasional dari Barat. Aliansi itu semakin menegaskan posisi keduanya di tengah tekanan global yang meningkat.
Menurut data dari Korea Selatan dan Kyiv, Korut mengirim sekitar 10 ribu prajurit untuk membantu Rusia di medan perang Ukraina, dengan sedikitnya 600 di antaranya tewas. Pada April 2025, Pyongyang mengakui peran tentaranya dalam perebutan kembali wilayah Kursk, menjadi pengakuan publik pertama atas keterlibatan militer di luar negeri sejak 1948.
Dalam pertemuan Kim dan Putin di China pada 3 September 2025, setelah parade militer yang dihadiri Presiden China Xi Jinping, Putin memberikan penghormatan kepada tentara Korut.
“Saya ingin mencatat bahwa kami tidak akan pernah melupakan pengorbanan yang telah diderita oleh angkatan bersenjata Anda dan keluarga prajurit Anda,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.
2. Pyongyang bangun museum untuk mengenang prajurit yang gugur

Pada awal bulan ini, Kim meresmikan sebuah museum di Pyongyang untuk mengenang prajurit Korut yang tewas dalam perang Rusia-Ukraina. Dalam sambutannya, Kim menyebut partisipasi tentaranya sebagai awal dari babak baru solidaritas militan antara kedua negara. Museum tersebut menampilkan memorabilia perang dan kisah perjuangan para prajurit Korut yang gugur di Ukraina.
Selain itu, pemerintah Korut juga membangun monumen peringatan bagi prajurit yang tewas dalam konflik tersebut. Media resmi Korut melaporkan bahwa proyek ini menjadi simbol penghormatan abadi terhadap pengorbanan yang dilakukan demi memperkuat persaudaraan dengan Rusia.
3. Sejarah panjang dan kerja sama ekonomi

Hubungan Rusia dan Korut berakar dari sejarah panjang sejak Uni Soviet menjadi negara pertama yang mengakui Korut pada 1948. Dukungan itu berlanjut selama Perang Korea dan hingga kini masih menjadi dasar kedekatan politik keduanya. Pada 2022, Korut termasuk lima negara anggota PBB yang menolak mengutuk perang Rusia di Ukraina serta mendukung klaim Moskow atas wilayah di selatan dan timur Ukraina.
Pada April 2025, kedua negara mulai membangun jembatan darat untuk memperlancar konektivitas perdagangan. Tiga bulan kemudian, mereka membuka jalur penerbangan langsung antara Moskow dan Pyongyang. Korut juga meluncurkan zona wisata khusus di pantai timurnya untuk turis asal Rusia.
Dilansir dari Anadolu Agency, sehari sebelumnya, Lavrov dan Choe membahas partisipasi mereka dalam Konferensi Internasional Ketiga tentang Keamanan Eurasia di Minsk, Belarus, yang dijadwalkan pada akhir bulan ini. Dalam forum itu, keduanya akan mengusung agenda tentang tatanan dunia yang lebih adil di kawasan Eurasia. Amerika Serikat menilai hubungan ini berpotensi memperkuat kemampuan militer Korut, dengan bukti dukungan teknologi dari Rusia untuk program luar angkasa dan satelit. Ukraina juga melaporkan ditemukannya serpihan senjata asal Korut, termasuk misil, di medan perang.

















