Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Putin Terima Kunjungan Menlu Korut, Bahas Apa?

Vladimir Putin di Pyongyang dalam kunjungan kenegaraan atas undangan Kim Jong-un.
Vladimir Putin di Pyongyang dalam kunjungan kenegaraan atas undangan Kim Jong-un. (Presidential Executive Office of Russia, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Rusia dan Korut mempererat hubungan militer dengan pakta kemitraan strategis pada 2024, saling mendukung di medan perang Ukraina.
  • Pyongyang membangun museum dan monumen untuk mengenang prajurit Korut yang gugur dalam perang Rusia-Ukraina, sebagai simbol solidaritas militan.
  • Hubungan ekonomi Rusia-Korut berakar dari sejarah panjang sejak Uni Soviet, termasuk dukungan terhadap klaim wilayah Rusia di Ukraina dan kerja sama perdagangan serta pariwisata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Utara (Korut), Choe Son Hui, di Kremlin, Moskow, pada Senin (27/10/2025). Pertemuan ini menjadi bagian dari rangkaian dialog tingkat tinggi antara dua negara yang semakin dekat sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari 2022.

Dalam tayangan media pemerintah Rusia, Putin tampak menyambut Choe bersama Menlu Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Putin mengatakan bahwa hubungan Rusia dan Korut terus berkembang sesuai rencana, sambil menyampaikan salam kepada Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong Un.

Choe membawa pesan hangat dari Kim dan menilai kedekatan kedua negara bukan hanya bersifat politik, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang mendalam dalam pertemuannya dengan Lavrov, dikutip dari CNA.

1. Pakta militer mempererat dukungan Rusia dan Korut

ilustrasi militer (pexels.com/Somchai Komkamsri)
ilustrasi militer (pexels.com/Somchai Komkamsri)

Pada 2024, Rusia dan Korut menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang berisi janji saling mendukung militer bila salah satu diserang. Langkah ini memperkuat hubungan dua negara yang sama-sama menghadapi sanksi internasional dari Barat. Aliansi itu semakin menegaskan posisi keduanya di tengah tekanan global yang meningkat.

Menurut data dari Korea Selatan dan Kyiv, Korut mengirim sekitar 10 ribu prajurit untuk membantu Rusia di medan perang Ukraina, dengan sedikitnya 600 di antaranya tewas. Pada April 2025, Pyongyang mengakui peran tentaranya dalam perebutan kembali wilayah Kursk, menjadi pengakuan publik pertama atas keterlibatan militer di luar negeri sejak 1948.

Dalam pertemuan Kim dan Putin di China pada 3 September 2025, setelah parade militer yang dihadiri Presiden China Xi Jinping, Putin memberikan penghormatan kepada tentara Korut.

“Saya ingin mencatat bahwa kami tidak akan pernah melupakan pengorbanan yang telah diderita oleh angkatan bersenjata Anda dan keluarga prajurit Anda,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.

2. Pyongyang bangun museum untuk mengenang prajurit yang gugur

ilustrasi makam (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi makam (pexels.com/RDNE Stock project)

Pada awal bulan ini, Kim meresmikan sebuah museum di Pyongyang untuk mengenang prajurit Korut yang tewas dalam perang Rusia-Ukraina. Dalam sambutannya, Kim menyebut partisipasi tentaranya sebagai awal dari babak baru solidaritas militan antara kedua negara. Museum tersebut menampilkan memorabilia perang dan kisah perjuangan para prajurit Korut yang gugur di Ukraina.

Selain itu, pemerintah Korut juga membangun monumen peringatan bagi prajurit yang tewas dalam konflik tersebut. Media resmi Korut melaporkan bahwa proyek ini menjadi simbol penghormatan abadi terhadap pengorbanan yang dilakukan demi memperkuat persaudaraan dengan Rusia.

3. Sejarah panjang dan kerja sama ekonomi

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mengadakan pembicaraan dengan Ketua Dewan Negara Korea Utara, Kim Jong Un (kiri), di Vladivostok, tepatnya di Pulau Russky pada 25 April 2019. (The Presidential Press and Information Office, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mengadakan pembicaraan dengan Ketua Dewan Negara Korea Utara, Kim Jong Un (kiri), di Vladivostok, tepatnya di Pulau Russky pada 25 April 2019. (The Presidential Press and Information Office, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Hubungan Rusia dan Korut berakar dari sejarah panjang sejak Uni Soviet menjadi negara pertama yang mengakui Korut pada 1948. Dukungan itu berlanjut selama Perang Korea dan hingga kini masih menjadi dasar kedekatan politik keduanya. Pada 2022, Korut termasuk lima negara anggota PBB yang menolak mengutuk perang Rusia di Ukraina serta mendukung klaim Moskow atas wilayah di selatan dan timur Ukraina.

Pada April 2025, kedua negara mulai membangun jembatan darat untuk memperlancar konektivitas perdagangan. Tiga bulan kemudian, mereka membuka jalur penerbangan langsung antara Moskow dan Pyongyang. Korut juga meluncurkan zona wisata khusus di pantai timurnya untuk turis asal Rusia.

Dilansir dari Anadolu Agency, sehari sebelumnya, Lavrov dan Choe membahas partisipasi mereka dalam Konferensi Internasional Ketiga tentang Keamanan Eurasia di Minsk, Belarus, yang dijadwalkan pada akhir bulan ini. Dalam forum itu, keduanya akan mengusung agenda tentang tatanan dunia yang lebih adil di kawasan Eurasia. Amerika Serikat menilai hubungan ini berpotensi memperkuat kemampuan militer Korut, dengan bukti dukungan teknologi dari Rusia untuk program luar angkasa dan satelit. Ukraina juga melaporkan ditemukannya serpihan senjata asal Korut, termasuk misil, di medan perang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Kroasia Tetapkan Wajib Militer Lagi, Sempat Ditangguhkan Hampir 20 Tahun

28 Okt 2025, 10:09 WIBNews