Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Raja Swedia Sebut Penanganan COVID-19 di Negaranya Gagal

Raja Swedia, Carl XVI. Gustaf. twitter.com/radiosweden/

Stockholm, IDN Times - Raja Swedia, Carl XVI Gustaf mengutarakan secara langsung apabila penanganan COVID-19 di negaranya gagal. Bahkan ia mengatakan apabila Pemerintah Swedia telah gagal melindungi keselamatan warganya disebabkan oleh kesalahan strategi yang diterapkan. 

Hingga kini Swedia menjadi salah satu negara dengan tingkat penularan dan kematian akibat COVID-19 tertinggi di Eropa. Bahkan angka harapan hidup Swedia yang selama ini terus meningkat diprediksi akan turun akibat pandemi ini. 

1. Mengatakan apabila strategi penanganan COVID-19 di Swedia gagal

Pada hari Kamis (17/12) Raja Swedia, Carl XVI Gustaf menyatakan kritikannya terhadap pemerintah melalui siaran langsung di televisi lokal, "Saya rasa kita sudah gagal. Kita memiliki jumlah penularan dan kematian tinggi akibat COVID-19 dan itu hal yang buruk. Ini adalah sesuatu yang harus kita derita"

Melaporkan dalam RT, Ia juga mengungkapkan apabila seluruh negara sudah merasakan tahun terburuk. Raja juga mengungkapkan kesediahnnya atas kematian akibat virus corona dan ini merupakan kondisi sulit yang harus diderita rakyat Swedia.

"Coba kamu pikir semua orang tersebut tidak dapat mengucapkan perpisahan pada anggota keluarganya yang meninggal. Saya rasa itu sebuah hal yang berat dan traumatik apabila tidak dapat mengucapkan selamat tinggal dengan hangat"

Mengutip dari BBC, PM Swedia, Stefan Lofven juga menyetujui dengan ucapan Raja Swedia dan mengatakan, "Tentu saja banyaknya kasus kematian tidak bisa disangkutkan dengan kenyataan sebuah kesalahan"

2. Menurut pakar epidemiologis strategi Swedia belum bisa dibilang salah

Melansir dari Bloomberg, pakar epidemiologis Swedia Anders Tegnell mengatakan apabila ia membela seluruh strategi oleh Swedia untuk menghindari penguncian wilayah. Ia juga mengutarakan apabila tidak ada bukti kuat bahwa masker dapat menanggulangi virus ini. 

Berdasarkan wawancaranya pada siaran lokal, Tegnell sebelumnya juga mengatakan strategi Swedia belum bisa dibilang salah atau gagal, ketika ditanya mengenai penyebab tingginya kematian dari golongan tua. 

"Kurang lebih semua negara sedang berjuang dengan ini. Kita sedang memasuki puncak dari berbagai aspek. Saya mengerti bahwa sistem pelayanan kesehatan menghadapi cobaan yang begitu berat saat ini serta para pekerja yang semakin sedikit. Artinya semua tekanan pada perawatan akan semakin besar"

Sejauh ini hampir 8000 jiwa di Swedia meninggal akibat COVID-19. Hal tersebut berbeda jauh dibandingkan negara tetangganya, Denmark yang tidak sampai 1000 jiwa, Finlandia yang mencapai 480 jiwa dan Norwegia yang kurang dari 400 jiwa.

3. Tidak pernah memberlakukan penguncian wilayah

Suasana musim dingin di Kota Kiruna, Swedia. twitter.com/swedense/

Sejak awal pandemi COVID-19, Swedia tidak pernah memberlakukan penguncian wilayah dan hanya memberlakukan sedikit pembatasan. Selain itu, strategi yang dilakukan di Swedia condong ke arah herd immunity yang menjadi perdebatan di dalam negeri maupun dunia internasional, dikutip dari RT

Setelah delapan bulan setelah awal pandemi, data terbaru pada hari Kamis (17/12) jumlah kasus infeksi COVID-19 di Swedia telah mencapai angka 357,466 dengan tingkat kematian sebesar 7,893 jiwa. Bahkan jumlah itu bisa dibilang 10 kali lebih besar dibandingkan kasus di negara Skandinavia lain, seperti Norwegia dan Finlandia. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us