Ratusan Dokumen Rahasia Inggris Tersebar di Dark Web, Ulah Rusia?

- Peretas jebol sistem kontraktor Dodd Group untuk curi data sensitif.
- Dokumen yang bocor ungkap informasi pangkalan militer strategis.
- Dampak besar dan riwayat pelanggaran keamanan MoD.
Jakarta, IDN Times – Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) tengah melakukan penyelidikan terkait dugaan pencurian ratusan dokumen militer rahasia oleh peretas asal Rusia. Dokumen tersebut dilaporkan beredar di dark web, bagian tersembunyi dari internet yang hanya dapat diakses melalui perangkat lunak khusus.
Data yang bocor berisi informasi sensitif tentang delapan pangkalan Royal Air Force (RAF) dan Royal Navy, termasuk RAF Lakenheath di Suffolk, tempat Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) menempatkan jet tempur F-35. Selain itu, kebocoran juga mencakup nama serta alamat email pegawai MoD.
MoD menyampaikan pernyataan resmi terkait insiden tersebut.
“Kami mengambil pendekatan yang kuat dan proaktif terhadap ancaman siber yang dapat menimbulkan risiko bagi kepentingan nasional. Kami sedang aktif menyelidiki klaim bahwa informasi terkait MoD telah dipublikasikan di dark web,” tulis lembaga itu, dikutip dari ITV.
1. Peretas jebol sistem kontraktor Dodd Group untuk curi data sensitif

Serangan siber itu diduga dilakukan oleh kelompok peretas bernama Lynx yang berbasis di Rusia. Mereka dilaporkan menembus sistem Dodd Group, perusahaan kontraktor konstruksi dan perawatan yang bekerja sama dengan MoD, melalui serangan ransomware pada bulan lalu.
Juru bicara Dodd Group membenarkan peretasan tersebut.
“Kami dapat mengonfirmasi bahwa Dodd Group baru-baru ini mengalami insiden ransomware di mana pihak ketiga yang tidak berwenang mendapatkan akses sementara ke sebagian sistem internal kami,” ujarnya.
Aksi itu menyebabkan sistem perusahaan terkunci hingga peretas menuntut uang tebusan untuk membukanya. Lynx mengklaim telah mencuri sekitar 4 terabyte data rahasia, dua tahap di antaranya sudah disebarkan di dark web.
Mereka juga memperingatkan pemerintah Inggris bahwa waktu hampir habis dan meminta masalah tersebut segera diselesaikan sebelum konsekuensi yang tidak dapat dihindari terjadi.
2. Dokumen yang bocor ungkap informasi pangkalan militer strategis

Ratusan dokumen yang dicuri menyingkap rincian penting mengenai sejumlah pangkalan militer strategis. Di antaranya RAF Portreath, stasiun radar rahasia yang menjadi bagian jaringan pertahanan udara NATO, serta RAF Predannack yang berfungsi sebagai pusat operasi drone militer Inggris.
Kebocoran juga mencakup data dari RNAS Culdrose, pangkalan utama Angkatan Laut Kerajaan, bersama HMS Raleigh, HMS Drake, dan RAF St Mawgan. Sejumlah dokumen bahkan memiliki label “Controlled” dan “Official Sensitive” yang menunjukkan tingkat kerahasiaan tinggi.
Selain itu, informasi pribadi kontraktor turut terekspos, seperti nama, nomor kendaraan, dan nomor telepon. Dokumen mengenai proyek konstruksi di RAF Lakenheath dan RAF Mildenhall, yang digunakan oleh jet tempur F-35 AS, turut termasuk dalam kebocoran tersebut. Para analis memperingatkan bahwa data itu bisa dimanfaatkan pihak lawan untuk menargetkan infrastruktur pertahanan Inggris dan sekutunya.
3. Dampak besar dan riwayat pelanggaran keamanan MoD

Kolonel Phil Ingram, eks perwira intelijen militer Inggris, menilai kebocoran ini sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional.
“Setiap informasi sensitif, dari email hingga nomor ponsel, akan berguna bagi musuh kami,” katanya, dikutip dari Daily Mail.
Ia menilai sistem teknologi informasi MoD yang sudah usang menjadi salah satu faktor utama yang memperbesar risiko kebocoran.
Pandangan serupa disampaikan Profesor Anthony Glees, pakar keamanan dari Universitas Buckingham.
“Ini adalah pelanggaran keamanan nasional yang sangat besar … dan ini memalukan bagi sekutu Inggris, khususnya AS,” ujarnya.
Insiden ini bukan kali pertama MoD menghadapi pelanggaran data besar. Pada 2024, kementerian itu mengalami peretasan yang mengekspos data pribadi sekitar 272 ribu personel militer. Dua tahun sebelumnya, data pengungsi Afghanistan juga bocor akibat kesalahan kontraktor MoD, dilansir dari BBC.
Pemerintah kini menghadapi tekanan untuk memperbarui sistem keamanan digitalnya agar insiden serupa tak terulang.