RD Kongo Punya Perdana Menteri Perempuan, Pertama dalam Sejarah!

Jakarta, IDN Times - Menteri Perencanaan Republik Demokratik Kongo, Judith Suminwa Tuluka, ditunjuk oleh Presiden (RD Kongo) Felix Tshisekedi sebagai Perdana Menteri (PM). Dia perempuan pertama yang mendapat jabatan tersebut.
Dalam pidatonya, Tuluka mengatakan pada Senin (2/4/2024) bahwa tugas dan tantangannya sangat besar. Namun, hal itu akan dihadapi besama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
RD Kongo sedang bergejolak, khususnya di wilayah timur. Tentara masih terus bertempur melawan pemberontak M23, yang disebut PBB telah memperburuk krisis keamanan. Konflik itu setidaknya telah menyebabkan lebih dari 7 juta orang mengungsi.
1. Ingin rakyat memperoleh manfaat sumber daya negara
Tshisekedi menunjuk Tuluka sebagai bagian dari memenuhi janji kampanyenya, serta mengambil langkah penting menuju pembentukan pemerintahan baru. Dia terpilih kembali sebagai presiden pada Desember tahun lalu.
Dalam pidato pertamanya sebagai PM, Tuluka ingin rakyat RD Kongo dapat memperoleh manfaat sumber daya negara tersebut.
"Saya sadar akan tanggung jawab besar yang saya emban. (Saya ingin bekerja) untuk perdamaian dan pembangunan (sehingga) rakyat Kongo dapat memperoleh manfaat dari sumber daya," katanya dikutip dari Deutsche Welle.
2. Sekilas tentang Tuluka
Tuluka memiliki pengalaman dalam politik sekitar 20 tahun, baik itu secara nasional maupun secara internasional. Dia juga sosok yang memiliki pengalaman di bidang pembangunan perdamaian, termasuk tata kelola keamanan.
Dilansir First Post, sebelum bergabung di parlemen Kongo, Tuluka adalah ekonom yang bekerja di Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Dia pernah menjabat sebagai koordinator Konsolidasi Perdamaian dan Penguatan Demokrasi.
Tuluka kemudian ditunjuk sebagai Menteri Perencanaan RD Kongo pada 24 Maret 2023.
Perempuan yang jadi PM pertama itu meraih gelar Ilmu Ketenagakerjaan dan mendapat gelar ekonomi terapan. Dia juga lulusan akuntansi dari School of Promotion and Continuing Education (EPFC) di Brussels.
3. Presiden gagal menepati janji kampanye

RD Kongo memiliki kekayaan sumber daya alam dan mineral. Namun sebagian besar rakyat di negara tersebut miskin.
Ketika Tshisekedi pertama jadi presiden pada 2019, dia berjanji memperbaiki kondisi kehudupan dan mengakhiri pertumpahan darah di wilayah timur negaranya, yang telah berlangsung selama 25 tahun.
Dilansir Al Jazeera, presiden dinilai gagal menepati janji. Untuk mencari jabatan kedua dalam pemilu tahun lalu, dia menggunakan pencapaian pengobatan dasar gratis dan meminta mandat lain untuk kemajuan tersebut.
Tshisekedi menang dengan 73,47 persen suara. Sebagian besar pemilu berlangsung dama di negara yang telah lama dilanda ketidakstabilan. Namun pihak oposisi menilai kemenangan pemilu itu palsu.