Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribuan Orang Protes Pariwisata Massal di Kepulauan Canary Spanyol

destinasi wisata di Kepulauan Canary (unsplash.com/Jose Antonio Jiménez Macías)
destinasi wisata di Kepulauan Canary (unsplash.com/Jose Antonio Jiménez Macías)

Jakarta, IDN Times - Ribuan orang memadati sejumlah tempat wisata di Kepulauan Canary, Spanyol, pada Minggu (20/10/2024), untuk memprotes pariwisata massal yang dianggap telah membebani kepulauan Atlantik tersebut, 

Dengan slogan "Kepulauan Canary memiliki batas," warga mengadakan demonstrasi secara serentak di Gran Canaria, Tenerife, La Palma, Fuerteventura, Lanzarote, dan El Hierro. Mereka menyerukan pembatasan jumlah wisatawan, penertiban apartemen liburan, dan pengendalian terhadap apa yang mereka sebut sebagai pembangunan yang tidak terkendali.

Pejabat setempat mengatakan bahwa sekitar 10 ribu orang berpartisipasi dalam protes tersebut, dengan demonstrasi terbesar diikuti oleh sekitar 6.500 orang di Tenerife.

“Sektor pariwisata membawa kemiskinan, pengangguran dan kesengsaraan ke Kepulauan Canary,” kata Eugenio Reyes Naranjo, juru bicara kelompok lingkungan hidup Ben Magec-Ecologists in Action.

1. Kehadiran turis menguras sumber daya di Kepulauan Canary

Menurut Institut Statistik Nasional Spanyol, sebanyak 9,9 juta wisatawan mengunjungi Kepulauan Canary antara Januari-September, meningkat 10,3 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. Populasi pulau-pulau tersebut mencapai 2,2 juta tahun lalu.

Para aktivis mengklaim bahwa kehadiran jutaan pengunjung setiap tahunnya menguras sumber daya alam yang terbatas, seperti air, dan merusak lingkungan. 

"Kami membutuhkan perubahan dalam model pariwisata agar memberikan manfaat bagi kami di sini, sebuah perubahan yang menghargai apa yang dimiliki tanah ini karena tanah ini sangat indah," kata Sara Lopez kepada Reuters di Gran Canaria.

Terletak di lepas pantai barat laut Afrika, Kepulauan Canary terkenal dengan lanskap vulkaniknya dan sinar matahari yang terus bersinar sepanjang tahun, menjadikannya tujuan favorit bagi pencari matahari dari Eropa utara. Sebagian besar pengunjung berasal dari Inggris dan Jerman.

2. Warga lokal merasa tidak diuntungkan dari sektor pariwisata

Menurut data resmi, sekitar 4 dari 10 penduduk Kepulauan Canary bekerja di bidang pariwisata, yang menyumbang 36 persen produk domestik bruto (PDB) wilayah tersebut.

Meski begitu, banyak penduduk lokal mengeluhkan bahwa mereka tidak ikut menikmati kekayaan yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. Mereka mengklaim bahwa sebagian besar kekayaan tersebut mengalir ke perusahaan-perusahaan besar dari luar kepulauan.

"Kekayaan yang dihasilkan di kepulauan ini mengalir ke seluruh Eropa, sementara penduduk Gran Canaria tidak mendapatkan apapun sebagai imbalannya. Perusahaan-perusahaan asing yang datang ke sini, dan kami tidak melihat uang itu di mana pun," kata salah seorang pengunjuk rasa bernama Adrian Souza.

Data terbaru dari Jaringan Anti-Kemiskinan Eropa menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang yang tinggal di Kepulauan Canary berisiko mengalami kemiskinan, dan 65 persen di antaranya kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Garis pantai mengalami kerusakan akibat banyaknya pembangunan. Saya sepenuhnya setuju dengan mereka," kata Rosalia Magalilo, seorang turis berusia 55 tahun dari Swiss, dikutip dari RFI.

3. Pemerintah Kepulauan Canary perketat aturan penyewaan jangka pendek

Menanggapi keluhan dari penduduk lokal yang merasa tersisih dari pasar perumahan, pemerintah daerah Kepulauan Canary telah menyusun undang-undang untuk memperketat aturan mengenai penyewaan jangka pendek, yang diperkirakan akan disahkan tahun ini.

Properti yang baru dibangun akan dilarang untuk masuk ke pasar penyewaan jangka pendek, dan pemilik properti yang sudah memiliki izin akan diberikan waktu 5 tahun untuk memenuhi persyaratan, termasuk memberikan hak kepada tetangga untuk mengajukan keberatan terhadap izin tersebut. Langkah ini diambil setelah jumlah penyewa pribadi meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Protes terhadap pariwisata massal juga terjadi di seluruh Spanyol, termasuk di Barcelona dan destinasi wisata populer lainnya seperti Mallorca dan Malaga.

Balai kota Barcelona mengatakan bahwa pihaknya akan melarang semua apartemen liburan pada 2028, sementara kota selatan Seville berencana untuk memutus pasokan air ke properti yang disewakan kepada wisatawan tanpa izin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us