Ribuan Warga Georgia Protes Jelang Pemilihan Presiden

- Ribuan warga Georgia demonstrasi menolak pemilihan presiden oleh Parlemen Georgia.
- Demonstran membawa bendera Georgia dan UE, serta drum dan pluit untuk memprotes penyelenggaraan pilpres.
- Amerika Serikat memblokir 20 pejabat pemerintahan Georgia yang terlibat dalam aksi kekerasan kepada demonstran.
Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Georgia, pada Jumat (13/12/2024), mengadakan demonstrasi akbar menjelang pemilihan presiden oleh Parlemen Georgia. Mereka menolak rencana Partai Georgian Dream untuk mengakukan eks pemain sepak bola, Mikheil Kavelashvili sebagai presiden baru.
Dalam 2 pekan terakhir, warga Georgia mengadakan serangkaian demonstrasi menolak keputusan Perdana Menteri (PM) Irakli Kobakhidze menangguhkan aksesi dalam Uni Eropa (UE). Sejumlah demonstran dan jurnalis mengaku mendapatkan pukulan dari sekelompok orang bermasker.
1. Kavelashvili dikenal punya pandangan anti-Barat
Demonstrasi kali ini dilangsungkan di beberapa lokasi, terutama di depan gedung parlemen Georgia di Tbilisi. Demonstran diketahui membawa bendera Georgia dan UE, serta drum dan pluit untuk memprotes penyelenggaraan pilpres.
"Sejak anggota parlemen yang ditetapkan saat ini tidak sah. Maka pemilihan presiden kali ini juga tidak bisa disahkan. Kami akan menanggapi serius segala bentuk pemilihan yang dilakukan oleh parlemen," tutur pengacara Keti Makharashvili, dikutip France24.
Kavelashvili kemungkinan besar akan memenangkan pilpres sebab anggota parlemen didominasi oleh Partai Georgian Dream. Mantan striker Manchester City itu pada tahun 1990-an itu dikenal memiliki pandangan keras anti-Barat dan anti-LGBTQ.
Ia digadang-gadang akan menggantikan jabatan Presiden Salome Zourabichvili yang memiliki pandangan pro-Barat. Zourabichvili awalnya cukup dekat dengan pemimpin Partai Georgian Dream hingga mereka berbalik arah condong ke pro-Rusia.
2. Zourabichvili klaim tidak akan meninggalkan jabatannya
Zourabichvili mengatakan tidak akan meninggalkan kantornya dan akan tetap menjabat sebagai presiden di Georgia. Ia mengklaim, anggota parlemen saat ini tidak sah dan tidak berhak memilih seorang presiden baru.
"Apa yang akan terjadi di parlemen besok adalah sebuah parodi. Proses pemilihan presiden ini akan menunjukkan bahwa legitimasi tidak ada lagi dan semuanya dilakukan tidak konstitusional dan tidak sah," terangnya, dilansir RFE/RL.
Zourabicvili menambahkan bahwa pemilihan yang dilakukan di Georgia semuanya dimanipulasi oleh Rusia. Ia mengaku menyaksikan sendiri dan telah menjadi korban operasi khusus Rusia dan mengklaim ini adalah bentuk perang hybrid Moskow kepada rakyat Georgia.
Sementara, anggota parlemen oposisi di Georgia menolak mengakui hasil pemilu parlemen yang dimenangkan Partai Georgian Dream. Mereka pun memboikot parlemen dan enggan hadir dalam rapat parlemen.
3. AS larang masuk 20 pejabat pemerintahan Georgia

Pada Kamis (12/12/2024), Amerika Serikat (AS) memblokir 20 pejabat pemerintahan Georgia yang disebut terlibat dalam aksi kekerasan kepada demonstran.
"AS mengecam keras Partai Georgian Dream yang terus melakukan kekerasan dan pembredelan kepada rakyat Georgia. Aksi ini dilakukan kepada demonstran, jurnalis, aktivis hak asasi manusia (HAM), dan sejumlah tokoh oposisi," terangnya, dilansir TVP World.
Dalam keterangannya, pemerintah AS tidak mengungkapkan siapa saja yang masuk dalam pemblokiran visa ke AS. Namun, Washington mengatakan akan menambah orang yang terlibat dalam perusakan demokrasi di Georgia.