Kritik Tiongkok, Dokter Pahlawan SARS Jadi Tahanan Rumah

Sang dokter ungkap kebohongan pemerintah soal SARS

Beijing, IDN Times - Nama Dr Jiang Yanyong kembali muncul usai kematian seorang dokter bernama Li Wenliang akibat terinfeksi virus corona pada pekan lalu. Kematian Li menjadi perhatian khusus di kalangan masyarakat Tiongkok, lantaran laki-laki 34 tahun tersebut menjadi satu dari delapan dokter yang mengingatkan tentang virus corona jenis baru itu pada 30 Desember lalu.

Hanya saja, orang-orang, termasuk polisi Tiongkok, justru menuduhnya menyebarkan hoaks. Tak jauh berbeda, Jiang yang sekarang berumur 88 tahun pernah jadi pahlawan ketika wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) melanda pada 2003 lalu. Namun, gara-gara ia vokal mengkritik pemerintah Tiongkok, kini ia menjadi tahanan rumah.

1. Jiang jadi tahanan rumah sejak April 2018

Kritik Tiongkok, Dokter Pahlawan SARS Jadi Tahanan RumahAnggota tim medis yang ditugaskan untuk memindahkan pasien diduga atau positif virus corona baru ke lokasi perawatan yang ditentukan memakai baju pelindung di Kunming, provinsi Yunnan, Tiongkok, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/cnsphoto via REUTERS

The Guardian mengutip pengakuan keluarga dan teman-teman Jiang yang mengatakan bahwa mantan jenderal di Angkatan Bersenjata Tiongkok tersebut, dilarang keluar rumah dan berkomunikasi dengan orang luar sejak April tahun lalu. Pemerintah membatasi pergerakan Jiang setelah ia mengirimkan surat berisi permintaan untuk membuka kembali tragedi Tiananmen berdarah.

Menurut istrinya, Hua Zhongwei, Jiang "tak punya akses komunikasi [dengan dunia luar] dan bahwa kesehatannya tidak baik, begitu juga dengan kondisi mentalnya". Hua mengungkap bahwa suaminya menderita penumonia dan dirawat sejak tahun lalu. "Saya minta maaf. Tidak nyaman untuk berkomentar lebih," tutur Hua.

Baca Juga: Virus Corona, Pria Muslim Uighur Tiongkok Sumbang 11 Ekor Kuda

2. Teman-teman dan keluarga Jiang khawatir dengan kondisinya

Kritik Tiongkok, Dokter Pahlawan SARS Jadi Tahanan RumahWarga memakai masker pelindung menyusul penularan virus corona baru, saat perjalanan pagi mereka di stasiun, di Hong Kong, pada 10 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Pada April lalu, Jiang dirawat lebih dari sebulan di rumah sakit tempatnya mengabdi selama 60 tahun sebagai ahli bedah. Pemerintah menginstruksikan agar Jiang dijaga ketat dan keluarga maupun teman-temannya dilarang mengunjunginya.

Bahkan, muncul laporan Jiang mengalami hilang ingatan parah akibat obat-obatan yang dipaksa untuk ia konsumsi. "Kami belum melihat dia lagi sejak lama dan tak bisa menghubunginya," kata seorang kawan Jiang. "Kami dengar otaknya sangat terdampak dengan buruk."

3. Jiang sangat vokal mengkritik pemerintah dan pernah dipenjara

Kritik Tiongkok, Dokter Pahlawan SARS Jadi Tahanan RumahPenumpang memakai masker dan kantong plastik berjalan di luar stasiun kereta Shanghai di Shanghai, Tiongkok, saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus corona baru, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Dikutip dari The New York Times, Jiang dianggap pahlawan pada 2003 setelah membongkar upaya pemerintah menutupi jumlah penderita SARS sesungguhnya di rumah sakit di Beijing. Surat yang dikirimkan Jiang kepada otoritas Tiongkok mengenai informasi itu pun jatuh ke tangan media internasional. 

Popularitasnya menanjak, apalagi Jiang memegang posisi tinggi di Partai Komunis Tiongkok. Akibatnya, Menteri Kesehatan dan Wali Kota Beijing dipecat setelah mengakui menyebarluaskan informasi tidak akurat. Sorotan terhadap Jiang tak abadi. Setahun kemudian, ia menjadi target surveilans pemerintah.

Penyebabnya adalah kritikan Jiang terhadap cara Tiongkok merespons demonstrasi pelajar pada 4 Juni 1989 yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Tiananmen. Dalam surat yang dikirimkan pada Februari 2004, Jiang meminta pemerintah mengakui cara menangani protes tersebut salah.

"Kesalahan yang dilakukan oleh partai kami harus dibereskan oleh partai. Lebih cepat ini terjadi dan lebih menyeluruh dilakukan, akan lebih baik," tulis Jiang dalam suratnya. Sejak 1 Juni tahun itu, pemimpin Tiongkok Jiang Zemin memerintahkan untuk memenjarakan Jiang dan istrinya. Hingga 45 hari kemudian, keduanya dibebaskan. 

Baca Juga: [UPDATE] Korban Meninggal akibat Virus Corona 910 Orang 

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya