Rumah Sakit Kanker Satu-satunya di Gaza Berhenti Beroperasi!

Jakarta, IDN Times - Otoritas kesehatan Palestina mengatakan bahwa Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, sakit satu-satunya yang menawarkan pengobatan kanker di Jalur Gaza, telah berhenti beroperasi karena kehabisan bahan bakar.
Direktur rumah sakit, Subhi Sukeyk, mengonfirmasi bahwa fasilitas pengobatan itu tidak lagi berfungsi.
“Kami memberitahukan kepada dunia, jangan biarkan pasien kanker mengalami kematian karena rumah sakit tidak dapat berfungsi,” kata Sukeyk pada Rabu (1/11/2023), dilansir Al Jazeera.
Sejauh ini, sebanyak 16 dari 35 rumah sakit di Jalur Gaza tidak dapat beroperasi. Sementara 50 dari 72 klinik kesehatan primer di Gaza juga tutup.
1. Ancaman bagi warga Gaza

Kementerian Kesehatan Palestina juga memperingatkan risiko tutupnya rumah sakit kanker itu. Rumah sakit kehabisan bahan bakar dan penghentian operasi akan berdampak buruk pada pasien.
“Kehidupan 70 pasien kanker di rumah sakit sangat terancam,” kata Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila.
Kelompok medis Medecins Sans Frontieres (MSF), yang juga dikenal sebagai Doctors Without Borders, mengatakan bahwa rumah sakit tersebut telah dirusak oleh serangan roket pada Senin.
“Pihak berwenang Israel terus mencegah masuknya bahan bakar ke Gaza yang sangat penting untuk memberi daya pada rumah sakit. Selain itu, rumah sakit dan fasilitas kesehatan diserang selama serangan gencar yang mengerikan ini,” ungkap kelompok itu.
Pasien kanker bukan satu-satunya orang yang mengalami kerentanan medis di tengah pengeboman besar-besaran. Perempuan hamil juga menghadapi kemungkinan melahirkan tanpa dukungan medis.
2. Rumah sakit kesulitan menampung pasien

Meningkatnya aksi pengeboman Israel di Jalur Gaza membuat pihak rumah sakit kewalahan. Pada Selasa, puluhan jenazah tergeletak dalam balutan pakaian putih, berbaris di sisi Rumah Sakit Indonesia.
Rumah sakit itu telah kesulitan menghadapi masuknya pasien yang terluka parah akibat pengeboman Israel. Petugas medis menyiapkan ruang operasi di koridor karena ruang bedah utama penuh, kata mereka kepada Reuters.
“Kami memerlukan waktu satu jam karena kami tidak tahu kapan kami akan menerima pasien. Beberapa kali kami harus menyiapkan ruang bedah di koridor dan bahkan terkadang di ruang tunggu rumah sakit,” kata salah satu dokter, Mohammed al-Jalankan.
Tank-tank Israel telah memasuki Gaza setelah tiga minggu pengeboman intensif di seluruh distrik sebagai tanggapan atas serangan militan Hamas pada 7 Oktober. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan, lebih dari 8.500 orang telah tewas dalam serangan Israel, 3.500 di antaranya adalah anak-anak.
3. Mengganggu operasi kemanusiaan

Kekurangan bahan bakar juga telah mendorong operasi kemanusiaan di Gaza hampir terhenti sepenuhnya. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang paling merasakan dampaknya.
“UNRWA sangat membutuhkan bahan bakar. Tidak ada bahan bakar yang masuk ke Jalur Gaza selama tiga setengah minggu sekarang,” kata Juliette Touma, juru bicara UNRWA.
Badan tersebut mengaku kewalahan. Ada lebih dari 670 ribu orang yang ditampung oleh mereka. Jumlah itu empat kali lebih banyak dari yang kami rencanakan, tambahnya.
“Bahan bakar benar-benar menyelamatkan nyawa,” ungkap Touma.