Rusia Akan Beri Intensif untuk Mahasiswa yang Mau Melahirkan

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Rusia, pada Selasa (10/12/2024), mengumumkan rencana pemberian insentif kepada mahasiswa yang hamil dan bersedia menjadi ibu muda. Langkah ini bertujuan mendorong angka kelahiran di negara Eurasia tersebut yang terus menurun.
Pada Juni, jumlah bayi lahir hidup di Rusia mengalami penurunan hingga kurang dari 100 ribu jiwa dan menjadi yang terendah sejak 1999. Penurunan ini semakin memperburuk krisis demografi di Rusia dalam beberapa dekade terakhir.
1. Akan memberikan intensif sebesar Rp15,4 juta
Setidaknya terdapat 11 wilayah di Rusia yang sudah akan memberikan insentif kepada mahasiswa perempuan yang hamil mulai 1 Januari 2025. Insentif yang diberikan mencapai 100 ribu ruble (Rp15,4 juta) bagi mahasiswa yang bersedia melahirkan.
Melansir The Moscow Times, wilayah Tomsk dan Altai di Siberia sudah menjanjikan insentif pada pekan ini. Sementara, program ini dimulai pertama kalinya di Republik Karelia pada Juli yang akan menanggung biaya kelahiran bagi mahasiswa.
Kriteria kelayakan untuk mendapatkan insentif ini bermacam-macam tergantung kebijakan pemerintah daerah. Terdapat daerah yang mengharuskan mahasiswa penuh atau berusia di antara 18-23 tahun atau 18-25 tahun ketika melahirkan.
2. Putin ambil inisiatif untuk atasi krisis demografi di Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengambil inisiatif untuk mengatasi penurunan angka kelahiran di negaranya. Ia pun telah membentuk dewan khusus untuk melindungi keluarga dan anak-anak sejak 2017.
Melansir Newsweek, Rusia berencana membuka kementerian khusus yang didesain mengatasi penurunan kelahiran. Program khusus yang diberikan adalah pemberian intensif kepada mahasiswa perempuan yang hamil agar bersedia melahirkan anak.
Menteri Kesehatan Rusia, Yevgeny Shestopalov, mendorong warga untuk lebih banyak berhubungan dengan pasangannya bahkan ketika bekerja. Ia mengklaim bahwa sibuk bekerja bukan alasan untuk tidak membangun sebuah keluarga.
Sementara itu, Rusia sudah menerapkan Aksi Strategis yang diimplementasikan dalam dua fase pada 2025-2030 dan 2031-2036. Langkah ini untuk mempromosikan kehidupan berkeluarga lewat media dan iklan untuk mendorong warga memiliki lebih banyak anak.
3. Rusia setujui larangan propaganda child-free
Pada November, Parlemen Rusia akhirnya menyetujui larangan propaganda child-free di negaranya. Persetujuan ini diharapkan mampu mendorong tingkat kelahiran di Rusia yang semakin menurun.
Melansir Reuters, pelaku yang menyebarkan propaganda child-free akan didenda hingga 400 ribu ruble (Rp61,7 juta) untuk individu. Sedangkan organisasi dengan status hukum yang menyebakarkan propaganda ini akan dikenai denda 5 juta ruble (Rp772 juta).
Pada paruh pertama 2024, hanya ada 599.600 bayi yang lahir di Rusia. Angka ini turun 16 ribu dibandingkan paruh pertama tahun lalu dan menjadi yang terendah sejak 1999. Di sisi lain, tingkat kematian di Rusia meningkat imbas perang di Ukraina.