Rusia Bakal Latihan Perdana dengan AL se-ASEAN di Perairan Indonesia

Latihan perdana dengan Rusia digelar 1-3 Desember 2021

Jakarta, IDN Times - Rusia dan angkatan laut dari negara di kawasan Asia Tenggara bakal menggelar latihan bersama di perairan Indonesia, khususnya di bagian Sumatra Utara. Rencananya latihan bersama perdana itu bakal digelar pada 1-3 Desember 2021. Hal itu disampaikan kali pertama oleh Duta Besar Rusia untuk kawasan ASEAN Alexander Ivanov. 

"Latihan angkatan laut ASEAN dan Rusia akan digelar di perairan Indonesia, Sumatra Utara pada 1-3 Desember 2021," ujar Ivanov kepada kantor berita Rusia ITASS yang dikutip, Sabtu (27/11/2021). 

"Kapal besar perusak dan anti kapal selam Admiral Panteleyev akan mewakili Rusia dalam latihan tersebut," kata dia lagi. 

Ivanov menambahkan, latihan tersebut bakal digelar secara virtual dan offline. Siapa yang akan membuka latihan bersama itu?

1. Latihan bersama Angkatan Laut Rusia-ASEAN bakal ikut dihadiri oleh Menhan Prabowo

Rusia Bakal Latihan Perdana dengan AL se-ASEAN di Perairan IndonesiaIDN Times/Irfan Fathurohman

Ivanov turut menambahkan bahwa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan ikut hadir dan membuka latihan bersama tersebut. Sebelumnya, Rusia dan ASEAN menggelar pertemuan tingkat tinggi para kepala negara secara virtual pada 28 Oktober 2021 lalu. KTT itu diadakan untuk memperingati 30 tahun hubungan Rusia dengan ASEAN. 

Di dalam KTT itu, turut disepakati para pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara sepakat menggelar latihan dan manuver bersama. 

Baca Juga: Dubes Wahid: Rencana Pembelian Jet Tempur Sukhoi Masih On Process

2. Latihan bersama AL ASEAN dan AL Rusia digelar usai RI jadi tuan rumah Garuda Shield

Rusia Bakal Latihan Perdana dengan AL se-ASEAN di Perairan IndonesiaKepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa ketika membuka latihan perang bersama Garuda Shield di Baturaja, Sumatera Selatan (www.instagram.com/@tni_angkatan_darat)

Latihan bersama AL dengan AL negara-negara ASEAN dan Rusia digelar usai Indonesia jadi tuan rumah latihan bersama pasukan TNI Angkatan Darat dengan militer Amerika Serikat. Latihan perang yang diberi nama Garuda Shield menjadi yang terbesar yang pernah diadakan oleh Indonesia. Latihan tempur itu diklaim terbesar karena diikuti 4.528 personel, baik militer dari Indonesia maupun Negeri Paman Sam. 

Di dalam instruksi ketika apel, Jenderal TNI Andika Perkasa yang ketika itu masih menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) menegaskan, latihan bersama itu bukan untuk pamer kekuatan militer.

"Tujuan dari latihan bersama ini bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan prajurit TNI AD, melainkan mengembangkan materi pelajaran lain," kata Andika melalui keterangan tertulis pada 4 Agustus 2021. 

Latihan bersama tersebut, kata Andika, dilakukan pada masa-masa sulit pandemik COVID-19. Maka, sejak tiba di Tanah Air, semua pasukan asal Negeri Paman Sam menjalani tes swab PCR lebih dulu. Selain itu, momennya bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Amerika Serikat.

"Saya berharap Latma Garuda Shield-15/2021 ini dapat terus kita tingkatkan sebagai simbol kekuatan dan wujud diplomasi militer kita, dalam mewujudkan perdamaian dan stabilitas keamanan," ujar Andika.

Menurut keterangan dari TNI AD, latihan bersama Garuda Shield digelar pada 1-14 Agustus 2021 di tiga titik. Selain Baturaja, latihan Garuda Shield juga digelar di Amborawang, dan Makalisung. Latihan itu seolah ingin mengirimkan pesan kepada China bahwa Indonesia pun terbuka untuk bermitra dengan Negeri Paman Sam. 

3. Indonesia masih ingin melanjutkan pembelian jet tempur Sukhoi dari Rusia, tapi diancam AS

Rusia Bakal Latihan Perdana dengan AL se-ASEAN di Perairan IndonesiaGrafis canggihnya jet tempur Rusia Sukhoi Su-35 (IDN Times/Sukma Shakti)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia masih ingin melanjutkan pembelian jet tempur Sukhoi dari Rusia. Wahid Supriyadi yang pada 2020 lalu masih menjadi Duta Besar Indonesia untuk Rusia, mengatakan rencana pembelian 11 unit jet tempur Sukhoi Su-35 masih terus berlanjut.

Ini sekaligus menepis pemberitaan yang dilaporkan oleh Bloomberg pada 12 Maret 2020 lalu yang menyebut, Indonesia membatalkan rencana pembelian karena khawatir terhadap ancaman dari Amerika Serikat yang akan menjatuhkan sanksi bila pembelian itu tetap dilakukan. 

"Semuanya masih on going process, karena kami ingin membeli sesuai dengan aturan yang ada di dalam UU Pertahanan. Di situ kan tertulis bila membeli produk canggih maka harus memenuhi persyaratan 50 persen countertrade, 35 persen harus offset, disitulah kebijakan TOT (transfer of technology). Sebenarnya cash (pembelian dengan tunai) hanya 15 persen," ungkap Wahid ketika berbicara di program "Ambassador's Talk" by IDN Times yang tayang di YouTube pada 30 Juli 2020. 

Menurut Wahid, untuk menentukan produk apa yang hendak dibarter dengan Rusia tidak mudah. Sebab, untuk memutuskan komoditas apa yang dibarter untuk bisa membeli jet tempur canggih harus berdiskusi dengan instansi lainnya. 

Baca Juga: Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan Rusia

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya