Saudi-Rusia Perpanjang Pengurangan Produksi Minyak Hingga Akhir Tahun

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Arab Saudi, pada Rabu (4/10/2023), mengatakan bakal memperpanjang pengurangan produksi minyaknya hingga 1 juta barel per hari sampai akhir tahun. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan pasokan.
Pemotongan produksi minyak Saudi dilakukan pada Juli usai bersepakat dengan Rusia. Akibatnya, harga minyak global mengalami kenaikan.
Saudi mengatakan, bakal tetap memproduksi 9 juta barel per hari pada November dan Desember, serta akan melakukan tinjauan ulang bulan depan untuk memperdalam pemotongan atau menaikkan produksi.
1. Harga minyak untuk biayai Visi 2030 Pangeran MBS

Arab Saudi, yang saat ini secara de facto dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), telah berupaya merombak ekonominya. Dia berusaha mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak.
Riyadh saat ini mengandalkan harga minyak yang tinggi untuk membantu mendanai Visi 2030, rencana ambisius Pangeran MBS.
Dilansir Associated Press, Saudi bersama Rusia, dua produsen minyak terbesar di dunia, pada Rabu mengatakan bakal memperpanjang pemotongan produksi minyaknya 1 juta barel per hari hingga akhir tahun.
Kementerian Energi Saudi mengatakan, keputusan pemotongan akan ditinjau bulan depan.
2. Rusia pangkas produksi minyak setengah juta barel per hari
Saudi dan Rusia merupakan anggota OPEC+, organisasi pengekspor minyak dunia. Sejak tahun lalu, dua negara itu telah memangkas produksi minyaknya untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan pasar.
Dilansir Al Monitor, awal tahun ini Saudi dan Rusia telah melakukan pemangkasan sukarela tambahan terhadap produksi minyaknya. Sejak Juli, Riyadh telah memangkas produksi 1 juta barel per hari dan terus menerapkannya sejak saat itu.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, pada Rabu, mengatakan pengurangan minyak mentah negaranya sebesar 500 ribu barel per hari sejak April. Pengurangan ekspor 300 ribu barel per hari sejak Agustus akan diperpanjang hingga akhir 2023.
Moskow juga akan mempertimbangkan, apakah akan memperdalam pemangkasan atau meningkatkan produksi minyaknya pada bulan depan.
3. AS pernah kecam pemangkasan produksi minyak Saudi

Pernyataan Saudi dan Rusia muncul beberapa jam sebelum panel pemantauan tingkat menteri kelompok OPEC+ bertemu secara daring. Tapi panel tersebut kemungkinan besar tidak akan bisa mengubah kebijakan produksi minyak saat ini.
Dilansir Daily Sabah, pengumuman oleh Riyadh dan Moskow sempat membuat tren harga minyak mentah turun, tapi tak lama harganya kembali meningkat.
Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat berpendapat bahwa dunia butuh harga minyak yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan perekonomian global. Tahun lalu, Gedung Putih mengecam pemangkasan minyak tersebut.
Pada September, penasihat keamanan nasional Jake Sullivan enggan mengomentari dampak pemangkasan produksi minyak Saudi dan Rusia. Dia menegaskan bahwa yang pemerintahannya perjuangkan adalah pasokan energi stabil dan efektif ke pasar global untuk memberi bantuan kepada konsumen.