Selidiki Serangan di Stasiun Televisi, Jaksa Ekuador Dibunuh

Jakarta, IDN Times - Cesar Suarez, seorang jaksa di ekuador tewas ditembak pada Rabu (17/1/2024). Suarez sedang menyelidiki serangan geng bersenjata yang terjadi pada stasiun televisi pada pekan lalu.
Dia diduga menjadi sasaran geng bersenjata dan polisi telah menangkap dua pelaku pembunuhan itu. Kekerasan bersenjata sedang meningkat di Ekuador dan pemerintah telah menyatakan perang terhadap geng narkoba.
1. Polisi menemukan 18 barang bukti

Dilansir Reuters, Jenderal Victor Herrera, kepala polisi Guayaquil, mengatakan Suarez diserang saat ia berkendara di utara Guayaquil oleh orang-orang bersenjata dengan dua mobil.
"Hipotesis yang ada di kepolisian nasional menunjukkan para pelaku ini tergabung dalam kelompok teroris ChoneKiller, motivasi (melakukan kejahatan) masih dalam penyelidikan,” katanya.
Herrera mengatakan kepolisian telah mengumpulkan 18 barang bukti balistik dan melakukan penggerebekan di berbagai rumah, menemukan salah satu kendaraan. Satunya lagi ditemukan terbakar di bagian lain kota itu.
Dia menyampaikan pembunuhan ini terjadi saat Suarez sedang menyelidiki serangan terhadap stasiun televisi yang dilakukan pada pekan lalu. Suarez juga menyelidiki asus-kasus yang berkaitan dengan korupsi dan perdagangan narkoba.
Pada pekan lalu sebuah stasiun televisi yang sedang melakukan siaran langsung diserang oleh orang-orang bersenjata. Para penyerang melepaskan tembakan dan menyandera para staf selama sekitar 30 menit sampai polisi tiba di lokasi syuting. Dalam insiden tersebut polisi menahan 13 orang, termasuk dua anak di bawah umur.
2. Geng bersenjata telah membunuh penegak hukum dan kandidat presiden

Dilansir France 24, geng bersenjata di Ekuador telah menargetkan penegak hukum. Pada bulan Juni tahun lalu, jaksa Leonardo Palacios ditembak mati di kota Duran, dekat Guayaquil, dan setahun sebelumnya, dua jaksa dan seorang hakim ditembak mati di bagian lain negara itu.
Kelompok kriminal di negara itu juga telah membunuh Fernando Villavicencio, kandidat presiden pada tahun lalu. Dia dilaporkan telah menerima ancaman pembunuhan dari geng Los Lobos, salah satu geng utama di Ekuador.
Villavicencio yang menyerukan anti-korupsi dan anti-kartel tewas, beberapa minggu sebelum pemilu tahun lalu yang dimenangkan oleh Presiden Daniel Noboa. Dia mengalami rentetan tembakan senapan mesin setelah melakukan pidato kampanye.
“Dalam menghadapi pembunuhan rekan kami Cesar Suarez. Saya akan tegaskan: kelompok kejahatan terorganisir, penjahat, teroris tidak akan menghentikan komitmen kami terhadap masyarakat Ekuador ,” kata Jaksa Agung Diana Salazar.
Pihak berwenang mengatakan Suarez tidak mendapat perlindungan permanen dari polisi sejak Mei 2023 dan tidak meminta perlindungan untuk sidang pada hari Rabu karena dilakukan secara virtual. Sekitar 62 staf di kantor kejaksaan agung memiliki perlindungan dari polisi nasional dan keamanan lainnya.
3. Ekuador sedang berupaya melawan kekerasan geng

Ekuador telah terjerumus ke dalam krisis setelah bertahun-tahun setelah kartel narkoba memanfaatkan pelabuhannya untuk mengirim narkoba ke Amerika Serikat dan Eropa. Sejak pekan lalu, para geng narkoba telah melancarkan kampanye berdarah berupa penculikan dan penyerangan.
Ledakan kekerasan terbaru dipicu oleh salah satu bos narkotika paling berkuasa di negara itu, Jose Adolfo Macias, yang dikenal dengan nama samaran "Fito", yang berhasil melarikan diri dari penjara.
Merespons kekerasan yang meningkat pemerintah menyatakan perang terhadap geng narkoba. Noboa menyatakan 22 geng sebagai kelompok “teroris”, memberlakukan jam malam dan keadaan darurat selama 60 hari.
Namun, geng membalas dengan mengancam akan mengeksekusi warga sipil dan pasukan keamanan serta menyandera puluhan polisi dan petugas penjara. Geng telah memicu banyak kerusuhan di penjara, memicu ledakan di beberapa kota dan membakar mobil di tempat umum. Pada hari Minggu, pihak berwenang mengatakan mereka telah mengambil kembali kendali penjara.
Di Ekuador diperkirakan ada lebih dari 20 ribu anggota geng kriminal. Negara itu memiliki populasi 17 juta orang. Sejak 2018-2022 tingkat pembunuhan di Ekuador meningkat empat kali lipat. Tahun lalu adalah yang terburuk, dengan 7.800 pembunuhan dan rekor 220 ton narkoba yang disita.