Sisir Wilayah Perkotaan, Rusia Bersihkan Mariupol dari Pasukan Ukraina

Jakarta, IDN Times - Pasukan Rusia yang telah melakukan pengepungan kota pelabuhan Mariupol di pesisir Laut Azov mengatakan telah "membersihkan" pasukan Ukraina di wilayah perkotaan. Informasi itu disampaikan Kementrian Pertahanan Rusia pada hari Sabtu (16/4/22).
Menurut informasi tersebut, Kementrian Pertahanan Rusia juga mengatakan bahwa Ukraina telah kehilangan lebih dari 4.000 tentara dalam pertempuran. Rusia diketahui telah berusaha merebut Mariupol dan mengepungnya sejak invasi diluncurkan pada 24 Februari.
Kota Mariupol telah menjadi kota paling menderita di Ukraina. Di kota itu, ratusan ribu warga sipil telah terjebak di tengah pertempuran. Sebagian besar mereka yang bertahan tidak memiliki akses ke makanan, air, fasilitas listrik, gas dan obat-obatan.
Pekan lalu, pihak berwenang Mariupol menyebut korban sipil di kota itu bisa mencapai angka lebih dari 10 ribu orang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan penghapusan pasukan terakhir Ukraina di Mariupol akan mengakhiri negosiasi.
1. Sekelompok pasukan Ukraina masih bertahan di pabrik metalurgi

Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Sabtu merilis pernyataan terbaru yang mengabarkan situasi di kota pelabuhan Mariupol. "Seluruh wilayah perkotaan Mariupol telah sepenuhnya dibersihkan, sisa-sisa kelompok (pasukan) Ukraina saat ini sepenuhnya diblokade di wilayah pabrik metalurgi Azovstal," ujar Kemehan Rusia kutip Reuters.
Baru-baru ini, Kementrian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa 1.464 prajurit Ukraina telah menyerah di Mariupol. Kota itu telah mengalami penderitaan berat selama hampir dua bulan pengepungan pasukan Moskow.
Dalam klaimnya, Rusia mengatakan kerugian pihak Ukraina berjumlah 23.367 pasukan. Tapi klaim tersebut tidak disertai dengan bukti apa pun. Jumlah itu juga tidak membedakan berapa orang yang telah meninggal atau hanya terluka.
2. Rusia peringatkan sisa pasukan Ukraina untuk menyerah agar selamat
Dalam beberapa hari terakhir, pasukan Rusia yang mengepung kota Mariupol terus mendapatkan kemajuan. Mariupol telah menjadi arena pertempuran terbesar bagi pasukan Ukraina. Ancaman bencana kemanusiaan juga terjadi karena wilayah itu diblokade.
Dilansir US News, Zelenskyy menyebut di Mariupol, "situasinya sangat sulit. Tentara kami diblokade, yang terluka diblokade. Ada krisis kemanusiaan. Namun, orang-orang itu (pasukan Ukraina) membela diri."
Pada Jumat, pasukan Rusia telah mencapai dan menguasai pabrik baja di wilayah Ilyich, di kota Mariupol. Itu adalah salah satu dari dua pabrik metalurgi besar tempat para pasukan Ukraina bertahan di terowongan bawah tanah dan bunker.
Pasukan pertahanan Ukraina saat ini terkonsentrasi di sekitar Azovstal, pabrik metalurgi besar lain yang belum menyerah. Pemilik kedua pabrik raksasa itu, orang terkaya Ukraina Rinat Akhmetov, bersumpah akan membangun kembali kota itu.
Kementerian Pertahanan Rusia memberi peringatan bahwa "satu-satunya kesempatan mereka (pasukan Ukraina) untuk menyelamatkan hidup adalah dengan sukarela meletakkan senjata mereka dan menyerah."
3. Zelenskyy peringatkan Rusia tidak melakukan kekejaman terhadap pasukan Kiev di Mariupol

Sejak invasi Rusia dilakukan pada 24 Februari, belum ada satu pun kota besar di Ukraina yang telah dikuasai. Perang telah berjalan hampir dua bulan dan justru pasukan Rusia di sekitar ibu kota Kiev telah ditarik untuk mundur demi strategi mengalihkan serangan ke Donbass.
Mariupol yang berada di wilayah Donetsk Ukraina, adalah kota besar yang paling menderita, yang telah berusaha direbut oleh Rusia. Jika kota tersebut pada akhirnya jatuh, maka itu akan menjadi hadiah terbesar Rusia dalam perang sejauh ini.
Menguasai Mariupol, berarti Rusia bisa membuka koridor darat bagi pasukannya yang berada di Krimea dan Donbass. Rusia juga dapat menjadikan itu sebagai pelabuhan utama untuk menurunkan pasukan bantuan atau peralatan militer lain secara lebih leluasa lewat Laut Azov.
Pada Sabtu, Zelenskyy dalam sebuah wawancara memperingatkan Rusia agar tidak melakukan kekejaman terhadap tentaranya di kota Mariupol. Dilansir RFE/RL, "penghapusan pasukan kami, orang-orang kami (di Mariupol) akan mengakhiri negosiasi apa pun," katanya.
Menurut Zelenskyy, "itu akan membawa jalan buntu karena kami tidak bernegosiasi baik di wilayah kami atau orang-orang kami." Sejauh ini pembicaraan damai antara kedua negara sejak invasi terjadi, hanya mendapatkan sedikit kemajuan.