Suriah Blokir Impor Barang dari Rusia, Iran, dan Israel

Jakarta, IDN Times - Suriah mengumumkan larangan impor barang dari Rusia, Iran, dan Israel pada Minggu (19/1/2025). Keputusan ini untuk membatasi dan mengatur barang dari luar negeri yang masuk ke negaranya usai kejatuhan mantan Presiden Bashar al-Assad.
Melansir RBC Ukraine, situasi ekonomi di Suriah usai lengsernya Assad masih belum jelas. Pemerintah baru menyatakan akan mendukung ekonomi dengan memperbolehkan penggunaan mata uang dolar AS serta menetapkan tarif bea cukai seragam baru yang dikurangi 50-60 persen.
1. Suriah dibanjiri barang-barang impor dari Barat
Setelah berakhirnya rezim Assad, barang-barang impor asal Turki dan negara-negara Barat sudah membanjiri toko-toko di Damaskus, Suriah. Sejumlah merk makanan terkenal asal Barat, seperti Snickers, Pringles, Pepsi sudah tersedia di pasaran.
"Semua barang impor yang Anda lihat saat ini adalah hal baru. Semua orang sangat tertarik dengan keju dan minuman soda, seperti Pepsi. Sebelumnya, semua barang yang kami jual merupakan produk dalam negeri di Suriah," tutur salah satu pemilik toko di Damaskus, dikutip Financial Times.
Sejak 2013, rezim Assad sudah mengkriminalisasi orang yang menggunakan mata uang asing. Bahkan, pemerintahan sebelumnya menetapkan tarif bea cukai tinggi pada barang impor, seperti IPhone yang terkena pajak hingga 900 dolar AS (Rp14,7 juta) pada 2024.
Kebijakan tersebut memaksa warga Suriah bergantung pada barang produksi dalam negeri dan berdampak pada tingginya penyelundupan barang dari Lebanon.
2. Suriah larang masuk kapal perang Rusia ke pangkalan militer Tartus

Pekan lalu, pemerintah baru Suriah disebut telah melarang Rusia masuk ke dalam area pangkalan Angkatan Laut (AL) di Tartus. Alhasil, sebanyak lima kapal perang Rusia tertahan di perairan bagian timur pangkalan Tartus.
Melansir Kyiv Post, sejak Desember, kapal perang Rusia sudah meninggalkan pangkalan militer Tartus dan belum ada yang kembali. Moskow mengungkapkan bahwa negaranya akan terus berkomunikasi dengan Suriah mengenai status pangkalan militer tersebut.
Di sisi lain, pemerintah baru Suriah yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mengumumkan akan memulihkan penjaga pantai di negaranya dan mengulang kembali kebijakan keamanan maritim.
3. Suriah terima 500 ton gandum dari Ukraina
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha, dan Menteri Kebijakan Agraria dan Pangan, Vitaliy Koval, mengatakan bahwa Suriah sudah menerima 500 ton gandum dari Ukraina lewat bantuan kemanusiaan PBB untuk pertama kalinya.
"Hari ini, upaya kami untuk membantu rakyat Suriah yang telah merasakan penderitaan di bawah dua rezim diktator, Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ukraina ingin memberikan bantuan produk pangan lainnya, tidak hanya gandum saja. Kami ingin mengubah inisiatif 'Gandum dari Ukraina' menjadi 'Pangan dari Ukraina'," terangnya.
Sejak dimulainya inisiatif ini, Ukraina sudah mengirimkan lebih dari 170 ribu ton gandum ke Ethiopia, Somalia, Yaman, Nigeria, Sudan, dan Kenya. Ukraina juga telah mengirimkan bantuan minyak bunga matahari ke Mozambik.