Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tentara Israel Serbu Kamp Pengungsian di Gaza Utara, Para Pria Ditahan

warga Gaza di tempat pengungsian (x.com/@UNRWA)

Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel dilaporkan menyerang rumah-rumah dan mengepung sekolah serta tempat penampungan para pengungsi di kota Jabalia, Gaza utara, pada Senin (21/10/2024). Mereka juga menahan para laki-laki dan memerintahkan perempuan meninggalkan kamp tersebut.

Dilansir dari Reuters, petugas medis di Rumah Sakit Indonesia mengatakan bahwa tentara Israel menyerbu sebuah sekolah dan menahan para pria sebelum membakar fasilitas tersebut. Api mencapai generator rumah sakit dan menyebabkan listrik padam.

“Tentara membakar sekolah-sekolah di sebelah rumah sakit, dan tidak ada yang boleh masuk atau keluar rumah sakit,” kata salah satu perawat di Rumah Sakit Indonesia, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Pejabat kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 18 orang tewas di Jabalia akibat serangan Israel.

1. Israel tingkatkan operasi militer di Gaza usai kematian Yahya Sinwar

Militer Israel memulai serangan baru di Gaza utara sejak lebih dari dua pekan lalu. Mereka mengatakan bahwa pasukannya telah membongkar infrastruktur dan terowongan, serta membunuh pejuang Palestina di Jabalia selama beberapa hari terakhir.

Dalam pernyataannya, Israel juga mengklaim telah membantu evakuasi ribuan warga sipil melalui jalur yang telah diorganisir. Mereka juga mengatakan telah berkomunikasi dengan komunitas internasional dan sistem kesehatan Gaza untuk memastikan layanan darurat rumah sakit tetap beroperasi.

Israel telah mengintensifkan operasi militernya di Gaza dan Lebanon beberapa hari setelah terbunuhnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pada 16 Oktober. Kematian Sinwar sempat memunculkan harapan adanya perundingan gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lebih dari setahun ini.

Israel bertekad untuk memberantas Hamas, kelompok yang sebelumnya menguasai Gaza dan menyerang Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Namun, dalam upaya tersebut, Israel telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza dan mengakibatkan lebih dari 42 ribu orang tewas. Lebih dari 1,9 juta orang kini hidup dalam kemiskinan dan sangat membutuhkan makanan.

2. Rumah sakit kehabisan pasokan medis

Hadeel Obeid, perawat pengawas di Rumah Sakit Indonesia, mengatakan bahwa mereka telah kehabisan obat-obatan dan perlengkapan medis. Pasokan air juga telah terputus dan tidak ada makanan selama empat hari berturut-turut.

“Kain kasa steril akan habis dan tidak ada obat yang bisa diberikan kepada mereka,” katanya, seraya meminta organisasi internasional untuk mengambil tindakan demi menyelamatkan para korban.

Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, mengatakan bahwa sedikitnya dua pasien yang dirawat di unit perawatan intensif rumah sakit tersebut meninggal karena kekurangan pasokan medis.

"Unit darah rumah sakit telah habis sepenuhnya. Kami menerapkan metode perawatan prioritas untuk pasien. Ini adalah kenyataannya," kata Abu Safiya dalam sebuah video yang ditujukan kepada awak media pada Senin.

3. Israel tingkatkan pengepungan di Jabalia

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan bahwa mereka tidak dapat menjangkau tiga rumah sakit di Gaza utara. Pihaknya meminta akses untuk memungkinkan bantuan masuk ke wilayah tersebut.

"Kami semakin khawatir dengan cara militer Israel melancarkan permusuhan di Gaza utara, serta campur tangan yang tidak sah terhadap bantuan kemanusiaan dan perintah yang menyebabkan pemindahan paksa, yang mungkin menyebabkan kehancuran populasi Palestina di wilayah paling utara Gaza melalui kematian dan pengungsian," kata Kantor Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR).

Israel mengklaim telah mengirimkan pasokan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza melalui pengiriman darat dan bantuan udara, namun warga Palestina mengatakan bahwa tidak ada bantuan yang sampai ke wilayah utara.

Warga dan petugas medis melaporkan bahwa pasukan Israel telah memperketat pengepungan di Jabalia dengan menempatkan tank di kota-kota terdekat, Beit Hanoun dan Beit Lahiya, serta memerintahkan warga untuk meninggalkan wilayah tersebut.

“Kami menghadapi kematian akibat bom, kehausan dan kelaparan. Jabalia sedang dimusnahkan dan tidak ada saksi atas kejahatan tersebut, dunia membutakan matanya," kata Raed, pengungsi di kamp Jabalia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us