Thailand Dilanda Banjir Ekstrem usai Siklus Hujan 300 Tahun Sekali

- Thailand selatan dilanda banjir ekstrem akibat hujan terberat dalam 300 tahun, merendam sembilan provinsi dan menewaskan sedikitnya 19 orang.
- Kota Hat Yai menjadi wilayah paling parah terdampak, dengan banjir mencapai 2,5 meter dan rumah sakit mengalami kekurangan listrik, air, serta akses transportasi.
- Pemerintah Thailand bergerak cepat memasang pompa, mengevakuasi warga, dan mengalihkan aliran air, sambil mengimbau masyarakat tetap waspada meski hujan telah mereda.
Jakarta, IDN Times – Thailand selatan dilanda banjir parah setelah wilayah tersebut diguyur hujan ekstrem yang dikategorikan sebagai badai sekali dalam 300 tahun. Menurut Departemen Irigasi Kerajaan Thailand, kota Hat Yai mencatat curah hujan tertinggi dalam tiga abad terakhir, yang menyebabkan banjir hingga setinggi 2,5 meter dan merendam ribuan rumah.
Dikutip dari CNN, hujan yang sangat jarang terjadi ini memicu banjir bandang, memutus akses jalan, dan menimbulkan kondisi darurat di sejumlah wilayah.
Setidaknya 19 orang tewas di Thailand selatan akibat sengatan listrik dan kecelakaan terkait banjir. Hingga Senin (24/11/2025), banjir masih merendam sembilan provinsi dan berdampak pada lebih dari 127 ribu rumah tangga.
Seorang perawat Rumah Sakit Hat Yai, Fasiya Fatonni, menggambarkan situasi genting di bangsal bayi. “Orang tua tidak bisa datang, air sedang pasang dan transportasi terputus,” kata dia.
1. Hujan ekstrem terlangka dalam 300 tahun
Berdasarkan laporan CNN, curah hujan yang mengguyur wilayah Thailand selatan mencapai hampir 400 milimeter dalam beberapa hari, angka yang digolongkan sebagai kejadian atmosfer langka dengan probabilitas terjadi sekali dalam 300 tahun. Hujan intens ini diperparah oleh luapan sungai dan gelombang banjir bandang yang mengalir deras ke wilayah pemukiman. Hat Yai menjadi salah satu wilayah paling terdampak dengan banjir menenggelamkan ruas jalan dan rumah penduduk.
Foto-foto yang dibagikan otoritas setempat menunjukkan kota seakan berubah menjadi lautan air. Kru penyelamat menggunakan perahu untuk mengevakuasi warga dan mengirimkan bantuan darurat. Departemen Kesehatan Thailand mengonfirmasi bahwa sebagian besar korban meninggal akibat insiden listrik dan kecelakaan yang terjadi saat banjir melanda.
2. Kekacauan di Rumah Sakit Hat Yai
Rumah Sakit Hat Yai menghadapi situasi kritis ketika banjir memutus suplai listrik dan air bersih. Terdapat sekitar 30 bayi baru lahir di bangsal bayi yang terletak di lantai tiga, wilayah yang masih aman dari rendaman air. Seorang perawat bernama Fasiya Fatonni mengatakan bahwa rumah sakit harus merawat mereka, seraya menunjukkan kondisi ruangan yang hanya diterangi satu lampu dengan kipas angin sederhana menjaga bayi tetap sejuk.
Perawat lain, Pattiya Ruamsook, mengatakan bahwa banjir meningkat dengan sangat cepat. “Kemarin air hanya di lantai satu, sekarang sudah naik ke lantai dua,” ujarnya dengan kekhawatiran mendalam.
Rumah sakit menampung sekitar 500 orang, termasuk 200 pasien rawat inap, dan mereka sangat membutuhkan lebih banyak air minum serta bantuan logistik.
3. Upaya pemerintah dan perkiraan kondisi ke depan

Departemen Irigasi dan pemerintah Thailand bekerja sama memasang puluhan pompa dan baling-baling air untuk mengalihkan banjir menuju Danau Songkhla dan Teluk Thailand. Mereka juga mengirimkan truk bantuan serta mengoordinasikan evakuasi warga dari zona berisiko tinggi. Upaya percepatan pengeringan banjir menjadi prioritas utama untuk mencegah kerusakan lanjutan.
Pihak berwenang memperkirakan banjir akan berangsur surut setelah hujan deras berhenti. Namun, mereka tetap menetapkan status waspada tinggi untuk wilayah dataran rendah yang rentan. Otoritas mengimbau masyarakat agar tetap mengikuti arahan evakuasi dan berhati-hati terhadap bahaya listrik serta arus banjir yang masih kuat.

















