Tolak Perjanjian dengan Rusia, Warga Abkhazia Duduki Parlemen

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Abkhazia, pada Jumat (15/11/2024), menggelar demonstrasi akbar menolak perjanjian investasi dengan Rusia. Perjanjian tersebut termasuk memperbolehkan warga Rusia membeli properti di teritori pecahan Georgia tersebut.
Pada Selasa (12/11/2024), ratusan warga Abkhazia memblokir jembatan dan jalan utama dari dan menuju ibu kota Sukhumi. Aksi ini untuk memprotes penangkapan lima aktivis oposisi yang dituduh menyerang seorang anggota parlemen setelah rapat parlemen.
1. Demonstran sukses menduduki gedung parlemen di Sukhumi
Demonstran sudah berkumpul di depan gedung parlemen di Sukhumi. Tak lama, warga yang marah menggunakan truk untuk mendobrak pagar di sekitar gedung dan kemudian memanjat pagar hingga masuk ke dalam gedung melalui jendela.
Menurut keterangan dari pemimpin oposisi, Temur Gulia, awalnya warga hanya ingin pemerintah membatalkan perjanjian Rusia-Abkhazia. Namun, demonstran meminta lebih dan mendesak Presiden Aslan Bzhania mundur dari jabatannya.
"Rakyat Abkhazia mendesak Presiden Aslan Bzhania mengundurkan diri dan mereka berniat mencapai tujuannya sekaligus dengan menduduki gedung parlemen dan pemerintahan di Sukhumi," ungkap Gulia, dikutip CNN.
Selain menduduki gedung parlemen, demonstran diketahui sudah masuk ke dalam kantor kepresidenan yang berada dalam satu kompleks. Hingga saat ini, sudah ada sembilan orang yang dilarikan ke rumah sakit imbas insiden ini.
2. Bzhania menolak mundur sebagai presiden
Kantor Kepresidenan Abkhazia mengatakan, Bzhania saat ini berada di desa kelahirannya, Tamysh, sekitar 40 km dari Sukhumi. Pihaknya menolak kabar bahwa Bzhania mengungsi ke pangkalan militer Rusia di tengah demonstrasi besar.
Tak berselang lama, Bzhania mengumumkan kepada publik bahwa dia tidak akan mengundurkan dari jabatannya sebagai presiden. Ia menyerukan kepada pendukungnya agar tidak panik dalam menanggapi situasi saat ini.
"Saya meminta Anda semua tidak panik di tengah situasi saat ini. Saya tidak akan mundur dan akan tetap berada di Abkhazia, serta bekerja sesuai apa yang sudah saya kerjakan," terangnya, dilansir RFE/RL.
Oposisi menyerukan kepada warga Abkhazia kembali mengadakan demonstrasi pada Sabtu (16/11/2024) sore. Warga yang marah juga menuding Bzhania sudah memperkaya dirinya sendiri dan orang-orang terdekatnya.
3. Presiden Georgia sebut Rusia berniat menganeksasi Abkhazia

Menanggapi demonstrasi tersebut, Presiden Georgia Saloma Zourabichvili mengatakan bahwa insiden di wilayah pecahan Georgia yang diduduki Rusia tersebut adalah langkah awal dari Moskow untuk menganeksasi Abkhazia.
Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuding oposisi Abkhazia sudah melewati batas hukum dan sengaja memicu ekskalasi tensi di wilayahnya dalam sepekan terakhir.
"Rusia tidak mengintervensi dan mengharapkan situasi akan kembali seperti semula, terutama mengenai perdamaian politik. Kami juga menyarankan kepada warga Rusia di Abkhazia meninggalkan wilayah tersebut sesegera mungkin," ungkapnya.