Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribuan Warga Georgia Desak Digelarnya Pemilu Ulang

situasi demonstrasi di Tbilisi, Georgia (x.com/Zourabichvili_S)
Intinya sih...
  • Ribuan warga Georgia demonstrasi di Tbilisi, menuntut pemilu ulang parlemen karena dugaan kecurangan.
  • Pengadilan Tetritskaro menolak hasil pemilu berdasarkan tuntutan GYLA, disebut langka dan membuktikan adanya kecurangan.
  • Komisi Pemilihan Umum Pusat Georgia mengumumkan kemenangan Partai Georgian Dream dengan 54% suara, disangkal oleh pengawas UE.

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Georgia kembali mengadakan demonstrasi akbar di Tbilisi pada Senin (11/11/2024). Mereka menuntut pemerintah mengadakan pemilu parlemen ulang karena menduga kuat terdapat kecurangan dalam proses pemilihan dan perhitungan suara. 

Pekan lalu, Pengadilan Tetritskaro menolak hasil pemilu berdasarkan tuntutan dari organisasi Georgian Young Lawyers Association (GYLA). Putusan ini disebut langka dan membuktikan bahwa memang ada kecurangan dalam pemilu parlemen di negara Kaukasus Selatan tersebut. 

1. Tuntut penyelenggaraan pemilu ulang yang diawasi lembaga internasional

Demonstrasi kali ini diselenggarakan oleh ratusan ribuan warga Georgia di depan gedung parlemen di Tbilisi. Sembari membawa bendera Georgia dan Uni Eropa (UE), warga menuntut diadakannya pemilu parlemen ulang yang diawasi oleh pengawas internasional. 

"Pemilu ini penuh dengan kecurangan, maka dari itu kami tidak akan mengakui hasil pemilu ini. Tujuan kami diadakan pemilu baru, tujuan kami untuk membentuk sebuah pemerintahan baru yang akan membawa Georgia ke dalam integrasi Eropa," tutur pemimpin Partai Unity National Movement (UNM), Giorgi Vashadze, dikutip Associated Press

Komisi Pemilihan Umum Pusat Georgia sudah mengumumkan kemenangan Partai Georgian Dream dengan perolehan suara hingga 54 persen. Partai tersebut membantah tuduhan adanya kecurangan dalam pemilu. 

Pengawas dari UE mengatakan pemilu ini berlangsung dengan atmosfer yang tegang. Pemilu ini juga disebut marak terjadi praktik kecurangan, seperti suap, pemilihan ganda, hingga kekerasan fisik. 

2. Zoubichvili sebut Georgia sedang berada dalam krisis politik

Presiden Georgia, Salome Zourabichvili. (x.com/Zourabichvili_S)

Presiden Georgia Salome Zourabichvili mengatakan bahwa situasi di Georgia saat ini cukup mengkhawatirkan. Ia menyebut, pemilu ulang dibutuhkan untuk menentukan anggota parlemen yang sah. 

"Kami sekarang menghadapi krisis politik. Maka dari itu, pemilu ulang harus dilakukan untuk menentukan anggota parlemen Georgia yang sah. Rekan kami di sini bergabung dan saling membantu dalam membantu Georgia keluar dari krisis," terangnya, dilansir RFI

Ia menambahkan, pemilu sudah dikuasai dan dimanipulasi oleh satu partai, yakni Partai Georgian Dream. Ia menyebut terdapat intervensi Rusia dalam penyelenggaraan pemilu parlemen pada akhir Oktober. 

Selain itu, anggota parlemen oposisi yang terpilih memutuskan menolak bergabung karena menduga ada kecurangan. Mereka menyuarakan bahwa pemilu parlemen di Georgia tahun ini tidak sah dan tidak resmi. 

3. Dihadiri oleh beberapa anggota parlemen di Eropa

Anggota parlemen UE yang berasal dari Jerman, Finlandia, Swedia, Prancis, Lithuania, Latvia, Estonia, dan Polandia sudah mengadakan kunjungan ke Georgia. Mereka bahkan ikut dalam demonstrasi menolak hasil pemilu. 

"Kami menyerukan kepada seluruh demonstran dan rakyat Georgia untuk tidak menyerahkan begitu saja perjuangannya. Anda memiliki satu tempat di Eropa. Kami akan selalu bersama Anda semua," ungkap Kepala Komite Luar Negeri Parlemen Jerman, Michael Roth, dilansir RFE/RL

Sementara itu, beberapa delegasi UE tersebut ikut mengkritisi sikap Juru Bicara Parlemen Georgia Shalva Papuashvili yang menolak bertemu dengan mereka. Petinggai Partai Georgian Dream tersebut mengklaim UE bersikap tidak baik kepada Georgia belakangan ini. 

Selain diikuti oleh anggota parlemen negara UE, demonstrasi di negara Kaukasus Selatan itu juga dihadiri oleh aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg. Tak hanya menolak sikap represif pemerintah Georgia, ia juga menolak penyelenggaraan COP29 di Azerbaijan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us